SEMARANG, LPMMISSI.COM – Penerangan gedung dipadamkan, tanda dimulainya pertunjukan. Suara merdu sinden dan gamelan saling beriringan memenuhi gedung.
Malam itu, mereka memainkan cerita bertajuk “Abimanyu Krama”. Kisah Abimanyu ini dipentaskan oleh komunitas wayang orang asal Kota Yogyakarta, Kamis (19/10) malam.
Di atas panggung, para pemain berlakon dengan luwes dan berdialog menggunakan Bahasa Jawa Krama.
Para pemain mengenakan kain jarik dilengkapi dengan selendang merah yang terikat di pinggulnya. Ada pula yang mengenakan kostum burung berwarna biru. Layaknya burung di cerita pewayangan, ia juga ditunggangi oleh pemain lain.
Baca Juga: Sambut Hari Santri Nasional, Kemenag Gelar Expo Kemandirian Pesantren untuk Pertama-kalinya
Pementasan wayang orang ini merupakan bagian dari Festival Wayang Orang Nasional 2023. Festival ini diselenggarakan di Gedung Ki Narto Sabdo di Kawasan Taman Budaya Raden Saleh, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.
Di depan panggung pertunjukan, semua kursi terisi pengunjung, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Tak hanya di kursi, ada pula yang duduk di pinggiran tangga.
Ajang Tukar Informasi Sesama Seniman
Salah satu pemain, Raden Mas Widaru Krefianto Darmawan, tampak gagah saat memerankan Werkudara di atas panggung.
Saat ditemui, Krefianto, mengaku sangat senang dengan adanya festival ini. Pasalnya, ini menjadi kesempatannya untuk mengenalkan wayang orang sebagai suatu budaya Indonesia.
Tak hanya itu, ia juga bisa saling bertukar ilmu dengan kelompok wayang yang lain.
Baca Juga: Quarter Life Crisis atau Pertanda Lemahnya Iman?
“Kita bisa saling bertukar informasi. Mungkin kostum dan peran Werkudara yang saya perankan seperti ini, tapi di daerah lain berbeda, ada gaya masing-masing,” ucapnya.
Membutuhkan proses persiapan yang panjang dalam menampilkan wayang orang. Berawal dari Sekretariat Kebudayaan Yogyakarta yang ingin memperkenalkan wayang orang ke daerah-daerah dan tidak terpusat di keraton saja. Hingga akhirnya dipentaskan di festival ini.
“Sebenarnya ini tidak instan,” katanya.
Baca Juga: Ngaret, Kebiasaan Buruk yang Membudaya
Dapatkan Apresiasi Generasi Muda
Melihat antusias para penonton yang didominasi oleh generasi muda, dirinya merasa pertunjukan wayang orang mendapatkan apresiasi.
“Anak-anak muda datang kesini ikut mengapresiasi wayang wong, penasaran dengan ini. Ini yang luar biasa,” tuturnya.
Salah satu penonton, Aisya Rahma Gusti, mengaku baru pertama kali menonton pertunjukan wayang orang.
“Merasakan atmosfer dari wayang orang yang ada di sini,” ujarnya.
Mahasiswa asal Semarang itu merasa senang dan turut mengapresiasi penampilan wayang orang Kota Yogyakarta.
“Penampilan mereka bagus. Dari segi make-up, penari, setting lighting, dan karawitannya. Pengucapan dan pelafalan bahasa jawanya juga bagus,” ucapnya.
Reporter: Bagus Satria, Karina Rahma, Indah Wulan
Editor: Aulia A Putri