Buy now

25 C
Semarang
Kamis, Desember 5, 2024
spot_img

Amin Hambali: Cahaya Harapan di Tengah Keterbatasan

Amin Hambali, sosok wisudawan tunanetra yang berhasil menjadi inspirasi lpmmissi.com/Nisa.
Amin Hambali, sosok wisudawan tunanetra yang berhasil menjadi inspirasi lpmmissi.com/Nisa.

SEMARANG, LPMMISSI. COM- Dalam cahaya harapan yang tak pernah padam, wisuda kali ini menghadirkan momen istimewa. Di tengah ribuan mahasiswa yang merayakan pencapaian akademis, terdapat sosok inspiratif, Muhammad Amin Hambali, wisudawan tunanetra yang menembus gelap keterbatasan dengan semangat dan ketekunan.

Dibalik senyuman bangga menggunakan toga, terdapat perjalanan dan pengorbanan yang membentuknya menjadi sosok yang kini siap menghadapi dunia.

Baca Juga: Raih IPK 3,89. Hantarkan Mila jadi Wisudawan Terbaik FDK Periode ke-94

Ya, Tepat 2 November kemaren, kami menemui Amin Hambali sebagai satu-satunya wisudawan tunanetra yang menjadi inspirasi.

Dalam kesempatan ditengah suasana suka cita, beliau bersedia untuk berbagi pengalamannya kepada kami.

Hal yang menarik dalam obrolan kami yaitu, penelitian yang telah ia selesaikan. Ia menyebutkan, penelitian berasal dari keresahan dirinya sebagai tunanetra yang mendapat diskriminasi ketika mencoba untuk berekspresi.

Baca Juga: Bayang-bayang Pengharapan

“Judul penelitian saya yaitu Dakwah Bil Qolam Penyandang Disabilitas Netra Melalui Pengelolaan Website Kartunet.com. Penelitian ini berangkat dari keresahan hatinya sebagai difabel karena kurangnya ruang untuk mengekspresikan diri dan terbatasnya fasilitas, kadang kalo mengekspresikan diri, orang liatnya udah aneh aja, karena termasuk minoritas,” Ucapnya sembari selalu melempar senyum tipis kepada kami.

Amin Hambali juga berbagi kendala dalam mengumpulkan referensi. Karena banyak referensi yang berasal dari buku,mau tak mau ia membelokan tongkatnya menuju jalan panjang perpustakaan.

Baca Juga: RENDAHNYA MINAT MEMBACA PARA SISWA DI INDONESIA

Senyum lebar terpancar dari bibirnya, mungkin saja ia sedang membayangkan betapa kuat dirinya dulu, ketika harus bolak-balik ke perpustakaan untuk mencari referensi.

“Untung dulu ada teman-teman saya yang mau direpotkan, seperti Habibi dan Mukhlis,” Ujarnya dengan senyum semakin lebar.

Tak mungkin ia bisa sekuat ini tanpa doa ibu. Betul saja, ketika kami mempertanyakan bagaimana sosok ibu dimatanya, mimik muka Amin berubah sendu, senyum itu berubah menjadi senyum sayu yang hangat, matanya menerawang jauh kesosok ibunya.

“Support ibu tidak bisa dikatakan. Ketika dititik terendah, yang menjadi salah satu motivasinya ya Ibu. Karena Ibu sudah sepuh dan aku masih jadi beban, jadi tanggungan dan aku ngerasa harus lebih kuat dan lebih tangguh, biar bisa cepat selesai skripnya” ucapnya dengan suara sendu, sambil menahan beberapa air mata yang mulai menghiasi senyum hangatnya.

Tak ingin lama bersedih, Amin Hambali memberikan motivasi kepada teman-teman penyandang disabilitas, agar berani untuk mengekspresikan diri.

“Jangan malu untuk berekspresi, kita harus memperdayakan diri buat lebih mandiri, lebih berprestasi, harus kejar itu. Karena sesuatu yang udah kamu mulai, harus kamu akhiri” Ucapnya.

Matahari semakin meninggi tapi euforia wisuda masih sangat terasa, wajah-wajah bahagia terlihat dengan jelas, begitu juga dengan Amin dan ibunya yang dari tadi menunggu dengan senyum bangga.

“Terimakasih kepada keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan support terbaik, aku bisa merasakan setiap dukungan yang diberikan, hingga aku bisa menaklukkan banyak batas dan harapan,” Pungkas Amin.

Reporter: C/Nisa, Nailul, Osa. 

Editor: Karina Rahma

 

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini