SEMARANG,LPMMISSI.COM-Pengumuman penerimaan mahasiswa baru di UIN Walisongo, salah satu kampus negeri di Semarang , jadi kebahagiaan sementara. Pasalnya, Calon mahasiswa baru (camaba) kampus rakyat ini harus dihadapkan dengan nominal UKT yang begitu tinggi.
Kisah ini dibagikan salah satu Camaba UIN Walisongo Semarang, Deni Hendriawan. Selama dua tahun, Deni berjuang untuk mengenyam bangku kuliah dengan 15 kali kegagalan. Hingga akhirnya, kabar lolos seleksi jalur UM-PTKIN di UIN Walisongo Semarang menjadi kabar baik sementara baginya.
“Selama 2 tahun terakhir saya mempersiapkan diri untuk masuk kuliah. 2022 saya daftar UTBK dan Mandiri, tapi tidak lolos semua. 2023 ini juga daftar UTBK pun belum lolos,” ucapnya ketika diwawancarai kru lpmmissi.com pada Jumat (14/7).
Baca juga:Camaba 2023 Masalahkan Biaya Mahad, Camaba: UIN Walisongo Kurang Siap
Maksud hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Begitulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan kisah perjuangan Deni.
Pemuda asal Batang itu harus merelakan impiannya kembali karena UKT di luar kemampuan keluarganya.
Ayah Deni berprofesi sebagai tukang ojek sedangkan ibunya bekerja sebagai Asisten rumah tangga (ART). Deni dituntut untuk membayar UKT sebesar Rp4.810.000,- tiap semester. Padahal penghasilan orang tua Deni berkisar Rp1.000.0000,- sampai Rp1.500.000,- perbulan. Tentu saja orang tuanya tak bisa menyanggupi biaya UKT tersebut.
Mengetahui kondisi perekonomian keluarganya, Deni berusaha meringankan biaya kuliah dengan mendaftar KIP kuliah. Namun, apa daya, Deni tak lolos seleksi KIP-K pula.
Oleh sebab itu, Deni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan di UIN Walisongo Semarang. Selain tingginya biaya UKT, biaya Ma’had juga menjadi persoalan baginya. Bagaiman tidak, kedua biaya tersebut harus dibayar dalam waktu yang bersamaan.
Baca juga: Amati, Bagus, Jiplak Saja
“Keputusan untuk tidak melanjutkan kuliah di UIN Walisongo dari diri sendiri dan orang tua. Karena sesuai kesepakatan orang tua, kalau tidak lolos KIP-K atau UKT nya besar lebih baik mundur aja,” ucap Deni.
Tak patah semangat, Deni masih berusaha untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, hingga saat ini, Deni masih berusaha mendaftar di universitas lain yang bisa menerimanya sebagai mahasiswa KIP-K.
“Buatlah aku jadi maba agar tersenyum untuk masa depan.” Seuntai kalimat yang Deni tulis dalam bio WhatsAppnya.
Kalimat tersebut lantas menjadi penyemangat bagi dirinya sendiri. Sosok yang telah berjuang keras menjadi mahasiswa meski belum sampai.
“Sampai saat ini saya masih berjuang untuk kuliah, walaupun belum ada hasil yang baik,” pungkas Deni.
Baca juga: Maba FDK Wajib Tau, Ini 4 UKM-F yang Bisa Diikuti
Reporter: Karina Rahma Dani
Editor: Magrifah Nugraha