Press ESC to close

Samin dan Perlawanan kepada pemerintah

DIM0427lowyer

LPMMISSI – Samin merupakan salah satu ajaran yang sering disebut sebagai ajaran saminisme. Ajaran ini sering dijumpaidi Blora, Pati dan sekitarnya. Masyarakat samin merupakan keturunan dari pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep. Jika dihitung masyarakat samin mengetahui bahwa Indonesia benar-benar merdeka pada tahun 70 an. Jumlah mereka tidaklah banyak, kebanyakan dari mereka bertempat tinggal di kawasan Gunung Kendeng diantara perbatasan dua provinsi.
Kebanyakan dari mereka lebih senang dipanggil dulur sikep dari pada samin. Hal ini bukan tanpa alasan mereka beranggapan bahwa nama samin mempunyai makna yang cenderung negative. Jika kita melihat salah satu film yang menggambarkan kondisi masyarakat samin yang berjudul “ Lari dari Blora” terlihat bahwa warga samin adalah warga yang sangat ramah, tidak suka mencuri bahkan  mereka menolak untuk berpoligami.
Warga sekitar Bojonegoro Jawa Timur juga kerap menjadikan dulur sikep sebagai bahan perbincangan dikarenakan pandangan hidupnya yang unik. Ada beberapa ajaran pokok suku samin diantaranya: 1). Agama adalah senjata atau pegangan hidup. 2). Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. 3). Yang penting adalah tabiat dalam hidupnya. 4). Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik orang. 5). Bersikap sabar dan jangan sombong. 6). Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya. 7). Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan terdapat unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.
Perlawanan Samin
Namun ketika zaman penjajahan ajaran samin bertentangan dengan pemerintahan pada saat itu. Pada akhirnya warga samin memilih untuk melawan pemerintahan dengan cara-cara yang berbeda. Pada tahun ini mulai ada perkembangan baru. Orang-orang desa yang menganut ajaran Samin Surosentika mulai mengubah tata cara hidup mereka dari pergaulan sehari-harinya di desanya. Mereka tak mau lagi menyetor padi ke lumbung desa dan tak mau lagi membayar pajak serta menolak mengandangkan sapi dan kerbau mereka di kandang umum bersama-sama dengan orang desa lainnya yang bukan orang samin. Sifat yang demikian itu sangat membingungkan dan menjengkelkan pamong desa yang saat itu masuk dalam jajaran pemerintahan Belanda.
Itulah sebab banyak orang tidak senang pada mereka. Mereka dijuluki “Wong Samin”, “Wong Sikep”, dan Wong Dam (Orang yang menganut ajaran adam). Pada tahun 1907 masyarakat samin berjumlah 5.000 orang. Pemerintah Belanda terkejut dan merasa takut, apalagi mereka mendengar bahwa tanggal 1 Maret 1907 mereka akan berontak.
Walaupun pada akhirnya penyebaran ajaran samin untuk membrentok pemerintahan saat itu terhenti pada tahun 1930. Namun, apakah pergerakan dan idiologi saminisme saat ini benar-benar berhenti? Jawabanya adalah tidak. Sampai saat ini pengikut Samin di Pati dan Blora tengah berjuang melawan proyek pembangunan pabrik semen yang dianggap akan merusak alam lingkungan mereka. Penolakan  rencana pembangunan pabrik semen yang akan dilakukan PT Sahabat Mulia Sakti (PT Indocement) di Pati, PT Vanda Prima Lisri di Grobogan, serta PT Semen Gresik di Rembang, dan PT Imasco Tambang Raya di Blora. Alasan penolakan pembangunan pabrik semen ini adalah karena proyek tersebut akan merusak ekosistem karst di kawasan pegunungan Kendeng Utara.

Aksi-aksi ini cukup memicu konflik, termasuk dengan militer. Pernah ada isu bahwa pada 17 Agustus 2012 lalu, warga samin melangsungkan upacara bendera di bawah pengawasan ketat militer dan polisi bersenjata. Mereka dicurigai akan membuat rusuh. Untuk itu pemerintah seharusnya bijak terhadap beberapa kebijakan yang telah ditetapkan. Jangan sampai terjadi kerusuhan dan pemberontakan lagi. Karena sejatinya pemberontak tercipta dari ketidakadilan pemimpin. (M. Dafi Yusuf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@Katen on Instagram
[instagram-feed feed=1]