Buy now

25 C
Semarang
Kamis, Desember 5, 2024
spot_img

Mengupas Mistik Kura-kura Belawa Yang Menghidupi Ekonomi Desa

kura
Sumber: Foto Lpmmissi.com/ Fitroh Nurikhsan

Wisata kura-kura Belawa yang berada di desa Belawa, kecamatan Lemahabang, kabupaten Cirebon memiliki daya magis tersendiri. Selain tempatnya yang masih asri, lantaran banyak ditumbuhi pohon-pohon besar, desa Belawa juga mempunyai nilai sejarah mitos yang berkembang terkait asal usul kura-kura tersebut. 

Obyek wisata yang hanya memilki luas sekitar 0,2 hektar ini, semakin nampak cantik dengan kehadiran beberapa wahana baru seperti kolam mandi bola, terapi ikan, dan tempat-tempat selfie.

Saat pertama kali kru lpmmissi menginjakkan kaki di depan halaman objek wisata, terdengar alunan musik yang merdu, suasana sepi pada sore hari membuat saya penasaran seperti apa mitos yang melekat pada kura-kura Belawa. Kaki perlahan melangkah menuju ruangan berukuran 3×3 meter.

Baca juga: Toer Dicap Bangun Perpus Liar, Pataba

Ruangan itu terlihat gelap, tetapi penghuninya murah senyum dan menyambut ramah kepada setiap pengunjung. Tak lama kemudian pria paruh baya duduk disebelahku dengan nafas terkapah-kapah. Sosok itu adalah Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Kuya Asih mandiri Dadan Herdarman. Perlahan ia menarik nafas pelan-pelan sebelum menceritakan tentang kura-kura Belawa ini.

Konon tidak ada yang tau sejarah ditemukannya kura-kura di daerah sini, menurut Dadan setelah adanya peradaban masyarakat Belawa kur-kura itu ditemukan. Saat masih kecil kura-kura itu sudah hidup berdampingan dengan masyarakat. Mereka hidup di kolam-kolam penduduk dan sungai-sungai kecil sekitar desa Belawa .

Menurut mitos yang berkembang, terdapat satu kura-kura berwarna putih yang di yakini memiliki unsur mistik. Lalu mitos lain mengatakan “barang siapa yang membawa kura-kura Belawa keluar dari desa tersebut, maka akan tertimpa musibah!”

Baca juga: Berawal dari KKN Hingga Berdirinya Bilik Baca

“Dari mitos tersebut bisa dipetik hikmahnya, bahwa mitos yang berkembang sebagai kearifan lokal agar senantiasa menjaga lingkungan ini,” ucap Dadan saat ditemui oleh kru lpmmissi.com pada Minggu, (2/8).

Ia bersyukur adanya mitos tersebut berdampak positif terhadap kebelangsungan kura-kura Belawa. Masyarakat percaya dan mengkeramatakan hewan ini. Hal itu dilakukan agar orang-orang tidak ada yang berani memperjualbelikan bahkan memakannya.

Dadan mengenang kesedihan tak kala ia mengingat peristiwa kematian massal pada tahun 2010 yang disebabkan oleh wabah, sehingga kura-kura Belawa terancam punah dan menyisakan 13 ekor saja.

“Dari kejadian tersebut, kami berusaha menyelamatkan dengan cara membudiyakan. Alhamdulillah setelah sepuluh tahun yang lalu, saat ini jumlahnya sudah banyak lagi,” katanya.

Baca juga: Ponpes Dondong, Yang Sempat Dijadikan Markas Melawan Penjajah di Semarang

Roda Ekonomi Desa

Dadan merasa takjub dengan usia kura-kura Belawa yang berumur panjang 80-100 tahun, sedangkan bobot beratnya mencapai 40-70 kilogram. Jiwa semangat dadan terus berkorbar melihat potensi desanya. Ia sadar sekarang masyarakat dituntut untuk kreatif. Ia berinisiatif tak hanya mengembangkan kura-kuranya saja tetapi juga dengan potensi wisatanya.

Selanjutnya, ia tidak sendiri dalam mengelola wisata ini, Dadan bantu oleh adik-adik yang sudah putus sekolah untuk bahu membahu bersama membesarkan tempat wisata ini. Dampaknya mulai terasa, banyak masyarakat lokal terbantu dengan berjualan di lokasi wisata ini.

“Kalau kami sebagai pengelola berupaya untuk terus berinovasi beriringan dengan masyarakat, pemerintah setempat agar senantiasa menjaga kelestarian kura-kura ini dan kami pun memiliki cita-cita tinggi untuk menjadikan wisata Nasional,” harapannya.

Baca juga: Santri API Ubah Limbah Tinja Menjadi Biogas Ramah Lingkungan

Mentari kian meredup, hanya menyisakan segilintir pengunjung yang masih bertahan. Ajat (53) salah satu pengunjung asal Sunyaragi Kota Cirebon, mengaku sudah tak asing dengan tempat wisata ini. Menurutnya tak hanya terkenal dengan kura-kuranya saja, Belawa juga mempunyai sejarah penyebaran agama Islam dan jejaknya masih ada sampai saat ini.

Suasana sore itu semakin sunyi, Ajat  menaruh harapan besar agar kelak wisata ini terus berkembang. Tak dipungkiri wisata ini membawa manfaat salah satunya sebagai aset desa.

“Kondisi tempat ini sudah menarik, pengelola terus memoles potensinya, pedagang-pedagang juga kecipratan dan tentu menjadi lahan pendapatan masyarakat sekitar,” tandasnya.

Reporter: Fitroh Nurikhsan
Editor: Moch Hafidz

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini