sumber:unsplash.com
“Jika tak mampu berlari cepat, maka kamu akan tertinggal dari orang lain.” Kalimat semacam itu mungkin familiar di telinga kita. Sebab hari ini orang-orang saling berlomba-lomba agar bisa mencapai garis akhir terlebih dahulu.
Banyak orang merasa dituntut untuk bisa melakukan dan menyelesaikan berbagai hal dalam waktu singkat. Bisa sukses di pendidikan, keuangan, karir, dan lain-lain. Seperti tak punya waktu untuk memikirkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh diri sendiri.
Gaya hidup serba cepat telah merenggut berbagai hal, seperti waktu, kesehatan, ruang sosial, dan kenikmatan menjalani hidup.
Dampaknya, tak hanya kesehatan fisik yang dapat terganggu tetapi juga kesehatan psikis. Seakan-akan kita tak lagi punya kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Selain itu juga berpotensi menimbulkan ketakutan di tengah tuntutan untuk menjalani budaya serba cepat.
Satu hal yang sebenarnya diinginkan oleh banyak orang dalam menghadapi tuntutan serba cepat, yakni semua bisa berjalan santai tetapi tetap serius.
Hal ini terkadang membuat orang lelah dengan keadaan yang dihadapi saat ini. Nah, barangkali konsep hidup slow living bisa jadi solusi. Sebenarnya, apa itu slow living?
Seperti namanya, gaya hidup slow living atau pola hidup melambat ialah cara hidup sebagai bentuk respon atas rutinitas yang menuntut serba cepat. Gaya hidup ini akan membuatmu melambat sejenak untuk bisa menikmati berbagai hal yang terjadi di hidupmu saat ini.
Slow living bukan berarti menjalani aktivitas dengan lambat, tetapi menjalani sesuatu berdasarkan perhitungan agar dapat menikmati proses dan memprioritaskan kualitas dibanding kuantitas.
Slow living mengajarkan agar seseorang dapat mengatur ritme hidupnya secara bebas, tanpa harus tunduk pada tren serba cepat untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
Manfaat dari menerapkan gaya hidup slow living dapat membantu kita untuk terhindar dari kondisi yang memicu stres hingga kejenuhan dalam menjalani rutinitas.
Setidaknya ada empat prinsip dalam menjalankan slow living. Pertama, memberikan perhatian penuh pada apa yang sedang terjadi. Memberikan perhatian penuh ini bisa dilakukan dengan berkomitmen untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang telah dibuat sendiri.
Kedua, bersyukur. Bersyukur diperlukan agar kita bisa menyadari dan menghargai apa yang terjadi saat ini. Tidak terburu-buru menjalani hidup sehingga dapat meluangkan waktu untuk bersantai dan melakukan apa yang disukai.
Ketiga, fokus pada tujuan. Hal ini bisa dilakukan dengan yoga, meditasi, atau jalan santai yang dapat membantu diri agar tidak mudah terganggu dengan tekanan hidup dan memulihkan pikiran agar lebih tenang dan rileks.
Keempat, kemurahan hati untuk berbagi dengan orang lain.
Jadi, tertarik untuk menjalani gaya hidup slow living?
Penulis: Indah Wulan
Editor: Haqqi Idral