Judul Film: Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan
Sutradara: Ernest Prakasa
Skenario: Ernest Prakasa, Meira Anastasia
Durasi: 113 Menit
Tanggal rilis: 19 Desember 2019
Resentator: Ihsanul Fikri
LPMMISSI.COM – Diadaptasi dari buku Meira Anastasia berjudul Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan, akhirnya film bergenre drama komedi ini rilis pada penghujung tahun 2019. Film yang disutradarai oleh Ernest Prakasa ini menceritakan tentang kehidupan perempuan dengan berbagai hal yang sangat erat kaitannya dengan realita kehidupan.
Ernest berhasil membuat penonton terpukau dengan sajian isu, serta hal yang ternyata dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Hal-hal seperti insecure atau merasa tidak aman, body shaming, dan mencintai diri sendiri adalah topik utama pada film ini.
Seorang gadis bernama Rara (Jessica Mila), terlahir sebagai gadis berkulit sawo matang, berambut ikal, dan memiliki tubuh gempal yang mirip dengan ayahnya. Dalam scene awal, terlihat Rara sangat lahap menelan makanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat itu, Rara tidak mempermasalahkan porsi makannya.
Berbanding terbalik dengan adiknya Lulu (Yasmin Napper), merupakan seorang gadis berparas cantik, berkulit putih, juga seorang model yang sering dibanggakan oleh ibunya, Debby (diperankan oleh Karina Suwandi). Kehidupan Rara dan Lulu yang bertolak belakang, membuat ibunya selektif dalam bertindak kepada dua anaknya.
Ibu selalu mengkhawatirkan sebab akibat perlakuan Rara, lantaran dirinya tidak bisa mengontrol makanan, tidak memperhatikan bentuk badan serta penampilannya. Berkali-kali diingatkan, namun tak kunjung berubah.
Selain ibu dan adik yang sangat berpengaruh di kehidupannya, Rara memiliki seorang kekasih bernama Dika (Reza Rahardian). Seorang fotografer hebat yang mencintai Rara apa adanya. Menurut Dika, Rara adalah orang paling cantik meski dianggap tidak memenuhi beauty standart oleh masyarakat.
Baca Juga : Kekeliruan Berlogika: Mengenal Bias-Bias Berpikir
Manusia Tidak Ada Yang Sempurna
Banyak orang yang menyumbang materi namun tidak semua orang yang mau menyumbangkan tenaganya. Saat menonton scene awal film, kita akan mengenal Rara sebagai orang yang penyayang dan baik hati. Ditemani oleh pacarnya, Dika. Rara suka meluangkan waktu mengajar di sebuah sekolah darurat di perkampungan kumuh. Selain itu Rara juga memiliki seorang sahabat bernama Fey, yang merupakan rekan kerjanya di perusahan produsen kecantikan bernama Malathi. Namun, tidak ada manusia yang sempurna. Rara seringkali mendapat body Shamming dari orang disekitarnya, rekan kerjanya hingga keluarganya sendiri. Walau terlihat tebal kuping dalam kesendiriannya, Rara kerap merasa insecure terhadap dirinya sendiri.
Semua itu berubah ketika Rara dipanggil bosnya di kantor, Kelvin (Dion Wiyoko) untuk membicarakan pengganti manajer pemasaran di perusahaan Malathi. Peluang untuk naik jabatan yang menurutnya layak ia dapatkan, seketika raib ketika Kelvin mengatakan bahwa untuk menjadi manajer tidak hanya dibutuhkan otak saja tapi juga penampilan.
Rara tersinggung dan patah semangat. Namun, atas dukungan ibu dan adiknya akhirnya Rara bertekad mengubah penampilannya selama satu bulan. Jika ia berhasil, posisi manajer tersebut harus diberikan kepadanya, Kelvin pun setuju.
Perjuangan Rara untuk mengubah penampilannya tidaklah mudah. Ia harus diet dengan mengurangi porsi makan, mengkosumsi jus maupun olahraga ke gym. Hari demi hari ia jalani dengan berat demi karier, cinta dan timbangan. Siapa sangka perjuangan Rara tersebut membuah hasil. Kulitnya menjadi putih, berambut lurus dan langsing. Posisi manajer pemasaran pun menjadi miliknya. Tak ada lagi orang yang mengabaikan dan mencibir Rara. Rekan kerjanya seperti Marsha(Clara Bernardeth) , Irene (Karina Nadila) dan Wiwid (Devina aureel) yang dulu sering mengejeknya meminta maaf dan mendekatinya.
Meski pada akhirnya berhasil mendapatkan apapun yang ia inginkan, tanpa Rara sadari ia mulai berubah menjadi orang asing bagi orang-orang terdekatnya.
Baca Juga : Tidak Ada yang Istimewa, Kecuali Diri Sendiri
Tidak Perlu Sempurna Untuk Bahagia
Suatu hari Rara dipanggil kembali oleh Kelvin. Bosnya itu menyalahkan Rara karena tidak membawa perubahan yang berarti untuk perusahannya. Hal tersebut terdengar oleh Marsha yang merupakan saingan kerja Rara. Saat Rara hendak pulang menemui Dika dan anak-anak jalanan untuk merayakan ulang tahunnya, Marsha mengajak Rara untuk pergi meminum anggur (wine) yang membuat Rara terlambat menghadiri acara ulang tahunnya sendiri. Anak-anak tertidur karena terlalu lama menunggu Rara, lantas Dika kecewa atas perubahan sikap Rara.
Cerita pun berlanjut ketika Rara pingsan di tempat rapat. Setelah sadar, ternyata ia sudah berada di IGD ditemani oleh Fey. Kata dokter, Rara pingsan karena diet yang berlebihan. Hal tersebut membuatnya kekurangan karbohidrat dan tekanan darah yang lemah.
Tidak lama setelah itu, Rara pergi menuju tempat Dika dan Lulu yang sedang melakukan pemotretan. Namun, sesampainya disana Rara salah paham karena melihat mereka berdua sedang bermesraan. Rara dan Lulu bertengkar hingga Ibu mereka turun tangan mendamaikannya.
Ibunya, Debby bercerita tentang karirnya sebagai model yang gagal karena melahirkan Rara dengan operasi Caesar. Katanya, luka di perutnya membekas dan membuat Debby tidak lagi sempurna. Menurut Debby, penampilan adalah nilai dari seorang perempuan. Karena itulah ia sangat keras mendidik Rara agar tidak terlalu banyak makan supaya saat dewasa nanti tidak insecure terhadap penampilannya.
Beberapa waktu kemudian, asisten rumah tangga mereka memberikan paket yang ditujukan kepada Rara. Ternyata paket tersebut dari Dika yang berisi foto Rara sedang mengajar sambil tersenyum. Dibaliknya, terdapat kutipan yang membuat Rara tersentuh. Dari situlah Rara berusaha berubah kembali menjadi pribadi yang dulu. Ia pun meminta maaf kepada orang-orang terdekatnya.
Di akhir film, empat sekawan Neti (Kiky Saputri), Endah (Neneng Wulandari), Maria (Zsazsa Utari) dan Prita (Aci Resti) yang merupakan anak-anak kost di rumah Dika menjadi sorotan utama. Karena fisik mereka yang unik, Rara menjadikan mereka sebagai objek perusahaan kecantikannya.
Film ini berpesan bahwa semua perempuan itu memiliki versi cantik yang beragam sehingga tidak diperlukan standard kecantikan. Menurutnya, timbangan hanyalah angka bukan nilai, tidak perlu sempurna untuk menjadi bahagia.
Baca Juga : Repotnya Menjadi Muslimah Indonesia
Unsur Cerita Yang Nyata
Film Imperfect membuat terkesan para penontonnya karena alur dan isi cerita yang sangat relate dengan kehidupan nyata. Tidak ada pemeran antagonis maupun protagonis dalam film ini. Semuanya terlibat konflik yang akhirnya membuat mereka mengubah sikap. Disamping itu, Ernest juga mengangkat isu yang cukup berat. Dimana seorang perempuan selalu dihadapkan dengan persoalan fisik yang tidak ada habisnya. Seolah-olah nilai perempuan hanya pada penampilan semata.
Bullying terhadap fisik seorang perempuan nyatanya tidak hanya dilakukan oleh lelaki bahkan oleh kalangan perempuan itu sendiri. Kita dapat menyaksikan bagaimana ibu Rara selalu mengomentarinya ketika ia hendak menyendok makan dengan ucapan “ingat paha, kak”. Atau ketika saingan kantornya, Marsha dan geng modisnya yang selalu menilai apa yang Rara kenakan, menghakimi caranya berdandan hingga mengejek menu sarapan Rara meski lewat sebuah candaan. Film ini mengingatkan kita bahwa bullying/body shaming bisa terjadi dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun.
Bukan Ernest Prakasa namanya jika film ini tidak dibalut dengan komedi sebagai ciri khasnya. Berbagai lawakan yang ditampilkan lewat preman kampung yang diketuai oleh Ali (Uus), empat sekawan yang tinggal di rumah Dika ataupun jokes natural yang dibawakan oleh Dika sendiri tidak hanya mengundang gelak tawa. Namun, juga terdapat unsur sarkasme yang dapat diambil pelajarannya.
Tidak hanya membahas tentang body Shamming dan perasaan insecure yang dialami oleh perempuan. Selain mendapat pelajaran berharga perihal “lebih baik menjadi diri sendiri ketimbang berusaha menjadi sempurna”, film ini juga mengajarkan nilai sesungguhnya dari cinta, keluarga dan persahabatan.
Dengan tagline “jangan inscure tapi bersyukur”, film ini sangat cocok ditonton oleh para remaja yang sedang mencari, mengenal dan mencintai diri sendiri. Sayangnya, banyaknya unsur komedi membuat film ini sedikit kurang mengena di hati. Namun, seperti judul filmnya. Resensi ini tidak akan “imperfect” jika kita tidak menonton filmnya.
Resentator : Â Ikhsanul Fikri
Editor : Sabrina Mutiara Fitri