SEMARANG, LPMMISSI.COM – Dosen Ilmu Politik UIN Walisongo, Nur Syamuddin buka suara terkait mahasiswa yang terlibat politik praktis dengan mendeklarasikan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai calon Presiden 2024.
Menurut Nur Syamuddin, ketimbang mahasiswa terlibat politik praktis. Ia menyerukan mahasiswa UIN Walisongo lebih baik masuk ke dalam partai politik. Hal itu bertujuan untuk memperbaiki sistem perpolitikan di Indonesia.
“Mahasiswa dapat berperan menyusun naskah akademik dan riset terhadap isu-isu tertentu. Karena partai politik perlu melakukan riset terhadap isu-isu tertentu,” ujarnya Nur Syamsuddin ketika diwawancari kru LPM MISSI, Selasa (08/03).
Nur Syamsiddin kemudian menerangkan mahasiswa memiliki hak menolak. Jika ia merasa dijebak ketika ada acara pendeklarasikan salah satu tokoh politik sebagai Presiden.
“Lalu jika mahasiswa merasa terjebak, kenapa tidak menolak? Mengapa mereka mau?” paparnya.
Ia menambahkan, mahasiswa boleh menyampaikan pendapatnya melalui orasi, pidato, dan sebagainya sebagai moral force atau kekuatan moral. Yang terpenting, mahasiswa tidak terjebak dalam pencapaian kekuasaan partai atau tokoh politik.
“Jadi mahasiswa melakukan sebagai penguat moral. Bukan sesuatu yang ingin dicapai, atau orang lain yang didukung untuk melakukan kekuasaannya. Kalau sudah begitu mahasiswa terjebak dalam politik praktis,” tegasnya.
Sebelumnya, mahasiwa UIN Walisongo diramaikan dengan pemberitaan di media massa yang membagikan informasi soal Aliansi Mahasiswa Jawa Tengah (AMJ) termasuk mahasiswa UIN Walisongo turut terlibat politik prakris.
Adapun klarifikasi M. Kholikul Huda yang terlibat pendeklarasikan Cak Imin telah meminta maaf kepada beberapa pihak yang merasa dirugikan.
Huda menuturkan awalnya ia diajak untuk berdiskusi seputar isu terhangat, seperti kenaikan harga minyak goreng, Jaminan Hari Tua (JHT), juga kasus desa Wadas. Ia tidak mengetahui kalau di acara tersebut akan diadakan deklarasi mendukung Cak Imin.
“Ketika acaranya diskusi, saya merasa tidak masalah. Namun ketika deklarasi, aslinya saya juga tidak setuju, tetapi karena teman-teman ikut akhirnya saya ikut juga,” tambahnya.
Huda mengaku menyesal ketika berita yang muncul mengatasnamakan UIN Walisongo karena dirinya memakai jas almamater. Padahal aslinya dia mendukung Cak Imin atas nama pribadi, tetapi terjadi framming oleh media sehingga di berita yang muncul mengatasnamakan mahasiwa UIN Walisongo.
“Penyesalan saya juga ketika berita itu muncul. Ketika berita itu muncul tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan,” pungkas mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam.
Reporter: Muhammad Irfan Habibi
Editor: Oktaviani Elly Masfufah