SEMARANG, LPMMISSI.COM – Dalam memperingati Hari Bumi, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah (Jateng) menggelar kegiatan pameran foto yang menyadarkan pentingnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan risiko bencana ekologis di Kampung Tambakrejo pada Kamis, (22/4).
Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Jawa Tengah Iqbal Alma, menuturkan makna dari tema pameran foto adalah potret lain dari kota Semarang yang selama ini hanya bicara masalah pariwisata, pembangunan, kota atlas, dan sebagainya.
“Kita sering lupa akan sisi lain yang menjadi pengalaman khususnya masyarakat Semarang, seperti banjir, kekeringan, alih fungsi lahan, sampai penggusuran,” ungkapnya.
Iqbal mengungkapkan bahwa foto-foto yang dipamerkan merupakan foto kiriman dari para jurnalis, warga, dan beberapa juga ada arsip dari dokumen Walhi sendiri.
Baca juga : Guru Ngaji Sulap Limbah Logam Jadi Robot
Ia juga menjelaskan, peringatan ini merupakan bentuk teguran pada pemerintah bahwa persoalan tadi tidak bisa dilupakan. Ini merupakan daya ingat dan ia mengajak masyarakat untuk merefleksikan ulang kejadian tersebut.
“Ini sebagai pengingat untuk pemerintah yang berwenang dan berkewajiban untuk mengelola ini semua, karena ini berbicara tentang penataan kota, serta bagaimana kebijakan yang dibuat harus ramah lingkungan berdasarkan analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Sehinggga warga aman, nyaman, dan tenang hidup di semarang,” jelasnya.
Iqbal juga menceritakan bahwa persiapan agenda ini sebenarnya dimulai dari tanggal 3 April yaitu, peringatan Hari Nelayan dan tanggal 21 April yaitu, peringatan Hari Kartini.
“Di hari nelayan kita sudah banyak melakukan kegiatan, mulai dari bicara tentang workshop merubah sampah menjadi hal yang menarik seperti wayang, wisata perahu, hingga rembugan dengan para warga terkait bagaimana nasib nelayan untuk depan. Di Hari kartini dari teman-teman juga memperingatinya dengan menggelar beberapa diskusi,” tuturnya.
Akhir kata, Iqbal mengajak semua kalangan untuk merefleksikan bersama apa yang sebenarnya terjadi di Semarang.
“Kita bisa melihat perkembangan penataan kota dari tahun ke tahun. Jangan-jangan ini semua malah menjadi boomerang, bom waktu bagi diri kita sendiri,” pungkasnya.
Reporter: Fikri Thoharudin
Editor: Siti Rohmah