Kita sering mendengar kalimat dalam bahasa arab berbunyi “Al Ummu Madrasatul Ula” menjadikan peran perempuan sebagai “Madrasah“ (sekolah) pertama bagi anaknya. Bahkan kita sering mendengar perempuan sebagai pembangun peradaban. Kalimat tersebut didengar ketika duduk dibangku Sekolah Dasar, tampaknya menjadi stereotip yang melekat pada masyarakat Indonesia.
Seorang penyair bernama Hafidz Ibrahim mengungkapnya “Ibu adalah madrasah, ibu adalah sekolah. Apabila engkau menyiapkannya, berarti engkau menyiapkan bangsa yang baik”. Sama halnya dengan ungkapan yang sering kita dengar “لنساء عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد ” memilik makna “Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik, maka baik pula negaranya, dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negaranya”
Dalam kitab Lisan Al-Arab, makna perempuan sebagai tiang negara. Seperti dalam sebuah bangunan, tiang saja tak akan cukup kuat untuk menopang beratnya beban yang ditanggung. Peran perempuan sebagai tiang negara harus diimbangi dengan peran laki-laki yang saling mendukung untuk membuat tiang tersebut kokoh.
Tiang tidak akan pernah bisa berdiri kokoh tanpa fondasi. Begitu juga seorang ibu, tak akan pernah bisa menjadi madrasah yang hebat tanpa ilmu agama. Seorang ibu menjadi ujung tombak pendidikan bagi anak-anaknya.
Seorang ibu harus mampu berdiri sebagai tonggak peradaban umat. Jika moral, pengetahuan dan keilmuan yang dimilik seorang perempuan itu baik, maka lahirlah generasi yang hebat untuk umat selanjutnya. Saat ini umat membutuhkan sosok perempuan dan ibu yang tangguh serta beriman sehingga mampu menjunjung etika.
Begitu tingginya Islam menjadikan peran ibu sebagai pembangun kemajuan dan pembangunan peradaban suatu umat. Ibu menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Perempuan sebagai peradaban sudah seharusnya selektif dalam mengambil segala sesuatu saat ini.
Baca Juga: Cinta, Kebodohan, dan Demokrasi
Lalu bagaimanakah menjadi seorang perempuan yang hebat? Berikut 3 hal yang perlu diketahui menjadi perempuan pembangun peradaban untuk melahirkan generasi umat yang baik.
1.Mulailah perbaiki diri sendiri.
Hal pertama dilakukan yaitu memperbaiki diri sendiri. Sebagai seorang perempuan dan calon ibu, kita membutuhkan ilmu yang banyak terutama agama. Oleh karena itu, manfaatkan kelapangan waktu yang Allah berikan untuk menuntut ilmu dan berusaha menghafal Al-Quran agar dapat mengajarkan kepada anak-anak kita. Seorang perempuan yang belajar dan memperbaiki diri bukanlah untuk menyaingi laki-laki, akan tetapi digunakan untuk mendidik anak-anaknya.
2.Menjadi teladan yang baik
Dalam surah At-Tahrim ayat 6 dijelaskan, jadilah teladan untuk anak-anakmu. Sebagai “Madrasatul ula” dan pembangun peradaban yang menjadi panutan serta teladan bagi seorang anak yaitu ibunya. Menjadi teladan yang baik harus dimulai dari kita sebagai ibu misalnya tentang perintah untuk menutup aurat.
Ketika kita sudah membiasakan diri untuk selalu menutup aurat, nantinya akan turun dan menjadi teladan bagi anak-anak kita. Mereka akan berpikir, kalau hendak keluar rumah, sebagai muslim yang baik hendaknya menutup aurat. Dari hal terkecil inilah menjadi teladan bagi anak-anak kita. Imam Ibnul Jauzi mengatakan “Hati-hatilah, jangan sampai anak-anakmu melanggar aturan Allah, sehingga wibawa kita jatuh di hadapan mereka”
Baca Juga: 5 Rekomendasi Kuliner Populer di Pasar Gede Solo
3.Pilihlah metode pendidikan yang sesuai syariat Islam.
Pemilihan metode pendidikan yang baik untuk anak-anak kita agar dapat membangun peradaban yang lebih baik. Dalam Islam banyak metode pendidikan yang ditawarkan, contohnya metode dengan syariat Islam. Dalam Al-Quran surah Luqman membahas tentang parenting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti tokoh yang bijaksana bernama Luqmanul Hakim, mengajarkan kepada anaknya tentang Ilmu Tauhid. Misalnya ketika anak-anak menginginkan mainan baru, Ilmu Tauhid yang dapat diajarkan yaitu meminta apa pun kepada Allah. Ajarkan anak-anak kita selalu bergantung pada Allah.
Itulah 3 hal yang perlu diketahui agar kita menjadi perempuan hebat sehingga mampu melahirkan generasi yang baik dan sesuai diajarkan oleh agama.
Penulis: Karina Rahma Dani