SEMARANG,LPMMISSI.COM – Sebuah ruangan berukuran lima kali delapan meter beralaskan terpal menjadi saksi cerita Agus Pujianto (37) mewujudkan mimpi istrinya menjadi seorang guru, dengan membangun perpustakaan dan bimbingan belajar (bimbel) gratis di rumahnya.
Keterbatasan ekonomi menyebabkan pasangan suami istri ini hanya menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mendirikan taman baca menjadi jawaban atas mimpi sang istri yang harus tandas.
“Akhirnya saya perlahan mencoba mewujudkan impian istri untuk mengajar meski dalam bentuk yang berbeda,” katanya saat ditemui kru lpmmissi.com pada Kamis (26/11/2020).
Baca Juga : Dialog Dengan Stafsus Milenial, Dema PTKIN Soroti Dua Permasalahan UU Cipta Kerja
Sejak tahun 2009 Agus yang waktu itu masih berpacaran dengan Munawaroh (istrinya), sudah memiliki komitmen untuk mendirikan taman baca kelak ketika sudah menikah.
Sebagai kepala keluarga dirinya sadar betul akan kewajiban untuk mencari nafkah. Meskipun dengan keterbatasan tak menyurutkan semangatnya untuk mendirikan taman baca.
Mulanya mereka mengumpulkan dan membeli buku bekas yang masih layak baca, kemudian berkat bantuan donatur di media sosial, pada (22/11), taman baca yang diberi nama Anak Cerdas Indonesia (ACI) berdiri. Tepatnya di Dusun Lengkong wetan, Desa Donorejo, Kecamatan Karangtengah, Demak.
“Awalnya menawarkan ide melalui Twitter untuk membuat taman baca dirumah, dan ternyata mendapat sambutan luar biasa dari teman-teman. Sehingga dari mereka banyak yang mengirimkan buku bacaan dan alat tulis,” jelasnya.
Sampai sekarang, taman baca ACI telah mengoleksi beragam buku. Mulai dari buku calistung, buku gambar, buku cerita, buku pelajaran, majalah bobo dan buku agama.
“Sebagai bentuk sejarah bahwa buku tersebut dari orang-orang hebat, setiap buku yang terdapat nama donaturnya. Selain itu taman baca ACI mendapat dukungan dari ketua RT setempat,” ucapnya.
Tujuan pendirian taman baca ini agar generasi penerus di desanya menjadi cerdas, kreatif, dan berkarakter nasionalis. Meskipun masih dengan kondisi yang sederhana.
“Bisa dilihat di sini masih beralaskan terpal, belum ada meja, rak buku pun hanya satu. Hal itulah yang memicu semangat untuk bekerja agar dapat mengembangkan taman baca ini,” ucapnya.
Rencananya setiap sebulan sekali akan memberikan hadiah kepada anak-anak yang rajin dan disiplin dalam pembelajaran bimbel.
Menurut Munawaroh (31) respon warga dan anak-anak cukup antusias, terdapat 90 anak yang mendaftar bimbel gratis. Model pembelajaran bimbel diplotkan dari yang belum bisa membaca, menulis dan perkalian.
Karena keterbatasan tempat yang kurang memadai, Munawaroh tidak patah arang. Dirinya membagi kegiatan bimbel menjadi dua sesi.
“taman baca ACI buka setiap hari. Namun untuk kegiatan bimbel hanya dilakukan pada Hari Jumat sore dan Minggu pagi,” tuturnya.
Baca Juga : Dome Pinus, Angkringan dengan Konsep Kemping di Hutan
Berbekal kemampuan ketika membantu mengajar di TPQ selama 5 tahun dan dibantu saudaranya yang baru lulus dari UIN Walisongo Semarang. Munawaroh yakin dengan niat mengabdi ia akan memajukan pendidikan di desanya.
Sedangkan sarjana Pendidikan Agama Islam Nurul Ulfah yang masih memiliki ikatan saudara dari pasangan Agus-Munawaroh ini menyambut baik kegiatan positif tersebut dan bertekad untuk meningkatkan kemampuan anak-anak baik secara intelektual maupun mentalnya.
“Harapannya agar anak-anak lebih rajin belajar dan pendidikan di desanya tidak kalah kualitasnya dengan pendidikan di kota,” jelasnya.
Reporter: Fitroh Nurikhsan
Editor: Sekar Sari