Press ESC to close

Seruan Keras Aksi Kamisan, Reputasi Jurnalis Terancam Demokrasi Semakin Terpendam

SEMARANG, LPMMISSI.COM-Aksi Kamisan Semarang menyerukan hak jurnalis dan kebebasan pers, di depan Markas Polda Jateng, Kamis (17/4).

Aksi damai digelar dengan membawa poster bertuliskan “Jurnalis bukan kejahatan”. Selain itu, tertulis juga “Save Journalist” dan “Journalism is not a crime, brutality is”, artinya para jurnalis berada di posisi terancam, terhambat menyebarkan berita menjadikan negara semakin terpendam.

Aksi ini sebagai bentuk perlawanan aliansi mahasiswa, dan masyarakat sipil yang tidak terima atas kejadian kekerasaan terhadap jurnalis. Tujuan dari Aksi Kamisan untuk mengembalikan aturan keadilan terhadap jurnalis dan kebebasan pers.

Salah satu korban dari Jurnalis Antara, Zaerzar, mengungkapkan dalam orasinya bahwa ia mendapatkan pukulan keras dari pengawal Kapolri.

“Saya sedang meliput kegiatan kapolri di lokasi kejadian, tidak menggangu siapapun dan kegiatan apapun, mundur perlahan dan menghindar, tiba-tiba salah satu pengawal kapolri memukul saya dengan keras,” ungkap Zaezar

Senada dengan itu, anggota jurnalis JPNN, Wisnu Indra Kusuma ikut menceritakan pengalaman yang sama. Ia ditarik paksa hingga terjatuh sebelum menyampaikan pertanyaan.

“Belum sempat menyampaikan pertanyaan, saya sudah ditarik dan terjatuh dari tangga,” katanya.

Wisnu menekankan bahwa mengganggu dan menghalangi jurnalis harus mendapat hukuman sebagai bentuk keadilan.

“Menghalangi jurnalis dalam melakukan tugasnya akan dikenakan ancaman hukuman selama dua tahun penjara,” ujarnya.

Anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Justisia UIN Walisongo, Dimas turut menceritakan mendapat intimidasi dari orang tidak dikenal usai menerbitkan berita yang dianggap sensitif.

“Kehidupan pers mahasiswa yang beritanya tidak seberapa tapi mereka takut sama tulisan,” ungkapnya.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Fajar Muhammad Andhika, menegaskan bahwa jurnalis dan pers merupakan pilar demokrasi yang terus berkembang.

“Pers adalah ruh dari demokrasi, ketika pers dilawan, maka demokrasi kita sedang terancam,” tegasnya.

Kemudian, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang, Aris Mulyawan, menyerukan agar masyarakat terus memperjuangkan kebebasan berpendapat dan menegakan keadilan.

“Hidup jurnalis! Hidup mahasiswa! Hidup perempuan yang melawan! Hidup demokrasi!” serunya.

Reporter : Danish Behzad

Editor: Lea

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@Katen on Instagram
[instagram-feed feed=1]