Berita
AJI Semarang Soroti Ancaman terhadap Jurnalis dalam Peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia

SEMARANG, LPM MISSI.COM- Memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang menggelar diskusi publik bertajuk “Jurnalis Terancam, Demokrasi Suram” pada Sabtu (3/5), bertempat di Sekretariat AJI Semarang.
Dalam diskusi, Ketua AJI Semarang, Aris Mulyawan, memaparkan bahwa AJI telah menerima laporan mengenai kekerasan terhadap jurnalis setiap tahun terus mengalami peningkatan.
“Dalam kurun waktu tahun 2025 sampai bulan Mei ini, AJI telah menerima 39 laporan kekerasan yang terjadi terhadap jurnalis, ” ujarnya.
Aris Mulyawan menyoroti pentingnya literasi publik mengenai profesi jurnalis, yang memiliki badan hukum sebagai perlindungan.
“Kita harus menegaskan bahwa jurnalis bukan content creator. Ketika terjadi kekerasan pada anggota LPM, kita memiliki perlindungan hukum lewat UU No. 40 Tahun 1999 dan Dewan Pers,” ujarnya.
Ia juga mendorong agar pers mahasiswa membentuk tim advokasi dan memanfaatkan media sosial sebagai alat perjuangan, bukan sekadar sebagai buzzer.
“Kerja jurnalistik harus berlandaskan kode etik, namun medianya perlu diperkuat. Penting merebutkan narasi dalam media dan jadikan itu sebagai alat perjuangan,” katanya.
Baca juga: Teater ‘Pada Suatu Hari’ Karya KSK Wadas: Kisah Keluarga yang Sarat Makna
Sementara itu, Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI), Dhana Kencana menyampaikan beberapa langkah praktis mitigasi bagi jurnalis saat meliput demonstrasi. Di antaranya adalah perencanaan matang terhadap lokasi dan waktu, menyimpan kontak darurat, serta memetakan titik-titik aman.
“Tidak ada berita seharga nyawa,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa jurnalis perempuan cenderung lebih rentan terhadap kekerasan, baik fisik maupun verbal.
Upaya memperkuat kebebasan pers juga disampaikan oleh, Lembaga Badan Hukum (LBH) Semarang, Ahmad Syamsuddin Arief. Ia menekankan bahwa pers mahasiswa memiliki peran strategis dalam mengorganisir masyarakat dengan menyajikan informasi yang akurat dan mendalam.
“Persma harus tetap menjaga nilai-nilai etika jurnalistik dan menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi,” ujarnya.
Diskusi ditutup dengan seruan untuk memperkuat kolaborasi antar jurnalis, LPM, dan organisasi masyarakat sipil demi menjaga ruang demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia.
Reporter: Nur Iffatul Ainiyah
Editor: Rahma Wulansari