Foto: Lpmmissi.com/ Habibi |
SEMARANG, LPMMISSI.COM – Salah satu penjual di Kantin Ma’had, M. Abdul Aziz menyesalkan kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, yang dinilainya terlalu mendadak dalam memberikan informasi mengenai perintah pengosongan kantin dari Wakil Rektor II UIN Walisongo.
Perintah terebut tertuang dalam Surat Perintah nomor B-1516/Un.10.0.P5/KS.00./03/2020 tentang Perintah Pengosongan kantin Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo.
“Terlalu mendadak mas,” katanya ketika dimintai keterangan oleh Kru lpmmissi.com, Jum’at (6/3).
Baca juga: Santri Kecewa Kantin Ma’had Ditutup
Kios yang sudah dikelolanya selama tujuh tahun, kontraknya berakhir pada Desember lalu dan sudah mengajukan perpanjangan pada akhir November. Namun, hingga awal januari pihak yang berwenang tidak memberikan kabar.
Hingga pada awal Februari, ia baru mendapatkan kabar bahwasanya kiosnya akan di tutup. Sehingga permohonannya untuk memperpanjang sewa kontrak ditolak.
“Pada tanggal 5 Febuari baru dikasih surat yang menegaskan kalo kita tidak diperbolehkan memperbarui kontrak alias ruko dioffkan,” ungkapnya.
Baca juga: Aksi Tolak Omnibus Law Semarang Ada Dua Aliansi
Aziz tidak sendiri, ia bersama pedagang di kantin lainnya sudah mencoba meminta kelongggaran waktu penutupan, sehingga ia bersama pedagang lain dapat mengumpulkan dana untuk membuka usaha baru diluar kampus. Oleh karena itu mereka tetap berjualan di kantin kampus II selama satu bulan lagi.
Hingga pada jum’at (6/3), ia bersama pedagang lainnya menerima surat perintah pengosongan tersebut. Dalam surat itu, mereka hanya diberi tenggat waktu tiga hari, yaitu hingga senin (9/3) untuk mengosongkan lapak yang mereka sewa.
Hal tersebut membuat mereka bingung, akan dikemanakan perkakas mereka. Sebab, sebagian besar mereka masih tinggal di kos atau di pesantren. Akhirnya, mereka terpaksa menjual barang-barang mereka karena tidak memiliki tempat untuk menyimpannya.
Baca juga: Mahasiswa Soroti Dua Poin Dalam Omnibus Law
Akan tetapi mau bagaimana lagi, mereka hanya bisa menyesalkan kebijakan BLU tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
pedagang di kantin kampus II yang lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Mendadak boleh, tapi dikasih waktu enam bulan, atau jauh-jauh hari pas bulan desember itu diberi tahu tahun 2020 tidak boleh berjualan lagi, jadi ada persiapan.” Ujarnya.
Reporter: Muhammad Irfan Habib
Editor : Sakti Chiyarul Umam