SEMARANG,LPMMISSI.COM – Muhammad Shodiq, mahasiswa jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) berhasil meraih penghargaan skripsi terbaik dalam gelaran wisuda periode ke-81 UIN Walisongo.
Shodiq meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.69 dengan judul skripsi Peranan Bimbingan Orang Tua dalam Upaya Meningkatkan Resiliensi Mahasiswa yang Bekerja (Studi Kasus pada Mahasiswa UIN Walisongo di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang).
Dibalik prestasi yang Shodiq dapatkan, ternyata ia pernah memiliki niatan untuk berhenti kuliah. Lantaran dirinya tidak bisa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT).
“Aku nyaris tidak bisa lanjut kuliah karena tidak mampu membayar UKT, namun dengan bantuan teman-teman akhirnya bisa lanjut,” kata Shodiq pada kru lpmmissi.com, Kamis (26/08).
Baca juga: Berkat Doa Orang Tua, Ahmad Nayyir Sabet Wisudawan Terbaik FDK
Lebih lanjut, Shodiq menyadari dari keluarga yang serba kekurangan dan memikul beban tanggungjawab sebagai seorang laki-laki. Ia harus kerja keras membagi waktu antara kuliah dengan bekerja.
“Aku kuliah sambil kerja, biaya kuliah dan kebutuhan hidup aku tanggung sendiri, bahkan ngirim ke orang tua pun udah biasa. Semangatku jauh lebih tinggi untuk mendapatkan apa yang aku harapkan,” jelasnya.
Ia pun membeberkan bahwa dengan segala halang rintangan yang ada. Tidak mematahkan semangatnya untuk memperjuangkan cita-citanya.
“Aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa untuk mengangkat harkat dan martabat orang tua dan aku berharap bisa menjadi inspirasi untuk orang lain,” lanjutnya.
Baca juga: Aktif Banyak Organisasi, Tak Menghalangi Nabila Jadi Wisudawan Tercepat
Berkat prinsip kuatnya itulah yang membuat Shodiq tegar saat mengerjakan skripsi. Padahal tenaga dan pikirannya telah terkuras saat bekerja maupun saat dirinya sedang mempersiapkan rencana membuka usaha.
“Waktu penulisan skripsi juga bertepatan dengan persiapan buka usaha. Jadi ya selama penulisan skripsi, hampir setiap harinya tidur cuma sebentar. Intinya kendala paling berat itu harus bener-bener bisa ngatur waktu dan juga bersikap profesional antara urusan kerjaan dan skripsi,” jelasnya.
Meskipun demikian, pria 23 tahun ini mengaku bersyukur selama proses pengerjaan skripsi terbilang lancar. Karena ia mampu menyelesaikan skripsinya dalam kurun waktu 6 bulan saja.
“Alhamdulillah, untuk penulisan skripsinya tidak lebih dari 10 hari sudah jadi, tapi untuk penelitiannya sampai 1 bulan,” tuturnya.
Baca juga: Termotivasi Perjuangan Orang Tua, Musrifatul Raih Wisudawan Terbaik Universitas
Disinggung soal prestasinya, Shodiq awalnya tidak menargetkan dirinya meraih predikat skripsi terbaik. Tapi setelah sidang munaqosah, ia jadi berharap untuk mendapatkannya predikat tersebut.
“Apalagi setelah tahu nilai skripsi di walisiadik, harapan itu semakin tinggi,” pungkasnya.
Reporter: Dewi Dita Aryanti
Editor : Sekarsari