Foto:dema fsh uin walisongo
“Saya tidak percaya pendidikan formal setelah menjadi korban pendidikan formal,” ucap Gunawan Budi Susanto, seorang sastrawan Blora.
Baginya pendidikan formal saat ini menjadi sesuatu yang kolot dan membosankan pada jenjang sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi. Beda halnya ketika taman kanak-kanak (TK) yang penuh keceriaan dan kebebasan.
“Sejak SD kita ini dilatih untuk menjawab pertanyaan, bukan menanyakan pertanyaan. Padahal secara filosofis pencarian kebenaran modal utamanya adalah merumuskan pertanyaan, inilah kegagalan pendidikan formal hari ini,” ucap Gunawan Budi Susanto yang memiliki nama pena Kang Putu, Jumat (8/9).
Baca juga:https://lpmmissi.com/lpm-missi-polemik-plagiasi/
Kalimat itu terlontar dalam Diskusi Publik “Membaca Kegagalan Pendidikan Formal” yang diadakan oleh Dema Fakultas Syariah dan Hukum (FSH).
Kang Putu menganggap hal tersebut mereduksi kemampuan imajinatif dan eksploratif seorang pelajar.
Dengan sarkas dan sedikit romantis ia mengkritik pendidikan formal di Indonesia.
Menurutnya sekolah formal yang seharusnya bisa menjadi laboratorium pencetak para insan merdeka.
Ia pun berpesan bagi seorang pelajar jangan hanya mengandalkan pembelajaran formal di sekolah. Namun, juga memaksimalkan forum-forum belajar diskusi di luar kelas untuk mendapatkan banyak perspektif dan memperluas relasi.
Pemilik Kedai Kang Putu itu juga mengatakan bahwa kita sendirilah yang menjadikan diri kita seperti ini.
“Sekarang ini saya sadar bahwa kuliah atau sekolah bukan tentang di mana. Bagi saya nggak penting kuliah favorit seperti di UI, UGM, Undip. Namun, malah leda-lede kan sama saja. Namun, yang lebih penting adalah tentang bagaimana kita dalam belajar mempelajari ilmu tersebut”.
Reporter: Haqqi Idral
Editor: Siti Solikha