Buy now

31 C
Semarang
Selasa, November 26, 2024
spot_img

Sang Pendingin di Kala Panas, Nurhadi Aldo Pilihanku

Opini%2BSekarw

Pemilihan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) akan dilaksanakan pada 17 April 2019. Pesta demokrasi lima tahunan ini, diikuti dua pasangan yakni Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dunia maya menjadi panggung pertarungan itu, mereka saling serang menggunakan isu agama, bahkan berita-berita hoax disebar lewat jejaring media sosial. Sehingga yang terjadi perpecahan antar golongan. 

Kedua tim sukses melakukan pemolesan gaya bicara karena salah bicara akan menjadi senjata bagi lawannya. Namun pemolesan ini kurang berhasil terbukti kata “Sontoloyo” keluar dari ucapan Jokowi, Probowo juga melakukan kesalahan dengan mengatakan “Tampang Boyolali”. Dua kata ini bahan cadaan di media sosial,  bahkan bagi pendukungnya digunakan untuk mempengaruhi pemilih. 

Setiap hari dijejaring sosial bertebaran kata-kata kebencian dari kedua kubu, seakan semua capres tak memiliki kelebihan di mata kubu sebelah. Padahal cara-cara kampaye ujaran kebencian tak mendapat simpatik dari pemilih, justru sebaliknya akan ditinggalkannya. 

Kemunculan Nurhadi dan Aldo yang mengklaim dirinya sebagai calon poros ketiga alternatif, seolah menjadi penyejuk dikala panasnya Pilpres 2019. Paslon yang viral dengan sebutan Dildo (Nurhadi-Aldo) hanyalah pasangan fiktif yang sengaja dimunculkan oleh Edwin dan timnya. Edwin menggunakan platform media sosial, yaitu Instagram, Twitter, dan Facebook sebagai bahan sosialisasi program kerja pasangan Capres-Cawapres nomor 10.

Baca juga: Kuasa Politik Feodal di Kampus Kita

Tentunya ada alasan dibalik hal tersebut. Munculnya akun @dildoforindonesia dan @nurhadi_aldo adalah bentuk untuk meredam perpecahan bangsa dari kampanye hitam dan politik Pilpres 2019 yang kian meruncing. 

Nurhadi sendiri adalah seorang tukang pijat yang berasal dari Kudus. Tujuh tahun lalu membuat grup facebook komunitas angka 10. Nurhadi tak menyangka komunitas menjadi pembicaraan dikalangan pengamat politik, tokoh politik dan kalangan akademisi. Sedangkan sosok wakilnya Aldo yang hingga saat ini masih belum diketahui identitas aslinya, banyak yang beranggapan bahwa Aldo hanyalah sosok fiktif hasil edit saja.

Jelang beberapa minggu, tagline paslon Dildo dengan “Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik” telah menyebar seantero Nusantara. Buktinya, Semboyan dengan tagar #McQueenYaQueen berhasil menjadi trending di beberapa media sosial. 

Melihat antusiasme masyarakat terkait pasangan Nurhadi dan Aldo ini, membuat saya berfikir beberapa hal. Pertama, Pasangan Dildo ini berhasil menyegarkan ketegangan politik menuju Pilpres tahun ini dengan kekonyolan melalui meme yang dibuat Edwin bersama timnya. Kedua, tidak hanya tahu bulat saja yang dadakan, paslon Dildo ini juga sebagai super hero dadakan yang memberikan umpan kepada kedua kubu Pilpres untuk merenungkan, istilah agamanya bermuhasabah atau instropeksi atas perpecahan yang mereka ciptakan.

Baca juga: PKI Punya Cerita, Begitu Pula Soekarno

Menurut Pengamat Komunikasi Digitasl Dr Firman Kurniawan, M.Si, kehadiran Dildo ini memiliki makna semiotis atau alat pemuas namun fiktif, yang memiliki maksud agar memberikan penilaian terhadap kaum elit politik terhadap pandangan masyarakat yang dianggap publik pasif. 

Segala drama pra-pemilu mulai dari menawarkan janji, perbaikan nasib, janji perbaikan fasilitas publik, dan janji-janji perubahan yang lain. Situasi inilah yang membuat publik membutuhkan sosok pahlawan yang tepat untuk melindunginya. (Detik.com, Sabtu 05 Januari 2019)

Penulis kurang setuju, dengan Firman yang mengatakan “butuh sosok pahlawan”, namun perlu digaris bawahi makna pahlawan di sini hanyalah bersifat sementara, karena mencoba mendinginkan suasana panasnya politik yang kian memuncak, puncak mendaketi pesta demokrasi.

Paslon Dildo ini menuai berbagai tanggapan dari kedua kubu. Semisal kubu Joko Widodo tidak terlalu mempermasalahkan terkait kemunculan Nurhadi-Aldo dan menganggap hanya sebatas hiburan yang lahir dari keisengan dan kreatifitas. Sedangkan menurut kubu Prabowo Subianto, kehadiran Dildo menertawakan pilpres. 

Baca juga: Pro Kontra Permenristekdikti No 55 Tahun 2018

Bagi Saykoji rapper Indonesia, kemunculan Dildo menjadi daya tarik sendiri. Bahkan dengan suka rela, ia membuatkan lagu mars berjudul “Tronjal tronjol Maha Asik”.  Di sisi lain, para pengguna media sosial memasang fotonya seakan-akan menjadi calon legislatif.

Sebenarnya kata-kata yang dikemas dalam meme mengandung sindiran bagi para pelaku politik yang kurang menjunjung etika dan moral. Para nitizen muak menyaksikan kata-kata kebencian yang berselimeran di dunia maya. Tak ayal, kehadiran mendapat sambutan hangat dari nitizen. Alangkah indahnya apabila momen-momen berharga ini diabadikan sejarah sebagai hari pendingin nasional, untuk mengingat jasa-jasa heroik dadakan ala Dildo.
Salam Dildo pilihanku.

Oleh: Sekarwati

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini