foto:lpmmissi.com/ |
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadikan manusia dapat mengakses media dengan mudah. Tak mengenal usia, mereka dapat mengakses media sesuka hati mereka. kapanpun, dimanapun, dan siapapun dapat dengan mudah memperoleh informasi, maupun sensasi dari media.
Maraknya media saat ini menjadikan pemirsa ataupun pembacanya harus dapat mengolah informasi yang mereka dapat. Mereka tidak bisa dengan segera percaya terhadap media. Walau media memiliki karakteristik objektivitas, universalitas, periodesitas, actualitas dan publisitas. Namun, banyak media yang dinilai memihak salah satu golongan saja. Walaupun sebenarnya media bersifat netral, namun hal tersebut terjadi, dikarenakan redaksi dan orang yang berada di belakang media tersebutlah yang menentukan ke arah mana medianya akan dibawa.
Dalam kenyataaanya, media mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi penggunanya. Sesuatu yang sedang ramai di media akan berdampak pula pada apa yang ada di dunia nyata. Padahal tidak semua yang ada di media adalah hal yang sebenarnya. Melainkan di tangan para pengguna media, semua itu bisa terjadi. Teori agenda setting dapat membuktikan hal tersebut. Walter Lippman (1965), seorang pengemuka pertama teori agenda setting asal Amerika Serikat mempunyai konsep “the world outside and the picture in our head.”
Keberadaan media saat ini bukan lagi sebagai kebutuhan sekunder. Namun saat ini, media dijadikan sebagai kebutuhan primer. Contohnya saja televisi, kini televisi telah menjadi kebutuhan pokok. Semua orang kini telah mempunyai televisi. Dalam satu rumah, tak hanya satu televisi yang mereka punyai bahkan mereka mempunyai televisi sampai dua, tiga dan seterusnya. Sehingga waktu yang mereka pergunakan untuk mengakses media menjadi lebih besar.
Di indonesia sendiri, agenda setting pernah terlihat dengan nyata pada pemilu presiden pada tahun 2014 kemarin. Dimana antara stasiun televisi satu dengan yang lain menyiarkan berita dengan format dan isi yang berbeda. Disinilah peran literasi media, dimana seseorang harus mampu mengakses, memahami, menganalisa dan mengevaluasi isi pesan dari media massa, sehingga tidak mempercayainya begitu saja apa yang disampaikan oleh media massa.(mona)