Connect with us

Berita

Terlalu Banyak Keluhan, Mahasiswa Baru UIN Walisongo Tuntut Penghapusan Program Wajib Ma’had

Published

on

Aksi “UIN Walisongo Cacat, Mahasiswa Melarat” tuntut penghapusan program wajib ma’had di depan Gedung Rektorat UIN Walisongo, doc: lpmmissi.com/ Amel
Aksi “UIN Walisongo Cacat, Mahasiswa Melarat” tuntut penghapusan program wajib ma’had di depan Gedung Rektorat UIN Walisongo, doc: lpmmissi.com/ Amel

SEMARANG, LPMMISSI.COM— Sejumlah mahasiswa baru (maba) UIN Walisongo Semarang menuntut penghapusan program wajib ma’had, imbas dari berbagai masalah seperti kepadatan kamar, minimnya fasilitas, dan lemahnya sistem keamanan.

Ketentuan administrasi ma’had senilai Rp 4 juta yang dialokasikan untuk kamar dan makan, ditambah dengan tambahan Rp50 ribu untuk pembelian kitab, yang dibayar serentak dengan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT), membuat maba merasa keberatan.

Maba Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH), Sela, menyatakan keberatan akan jumlah biaya yang dinilai tidak sesuai dengan fasilitas yang diberikan.

“Rp4 juta dengan fasilitas yang sangat kurang itu tidak masuk akal sama sekali,” ucapnya, Jumat (22/8).

Hal serupa juga disampaikan oleh maba Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Zaki, yang mengaku belum menerima kasur sejak awal masuk.

“Dari tanggal tujuh Agustus hingga saat ini saya belum mendapatkan kasur,” ujarnya.

Zaki juga mengungkapkan kamar berkapasitas empat orang, namun diisi hingga delapan orang. Meski banyak maba mengadukan hal tersebut, pengurus ma’had disebut tidak menanggapi.

Baca juga: Mendaki: Sebuah Penjagaan atau Pengacauan?

Selain itu, sistem keamanan yang kurang ketat menyebabkan hilangnya sejumlah barang milik mahasiswa, di antaranya terdapat uang tunai dan empat unit laptop dalam kurun waktu beberapa minggu.

“Ada empat laptop dan uang yang hilang dari ma’had baru, anak yang kehilangan sudah melapor, namun responnya menyalahkan kami yang tidak bisa menjaga barang pribadi,” tambah Zaki

Tidak adanya tindak lanjut dari pihak birokrasi, sejumlah mahasiswa menggelar aksi bertajuk “UIN Walisongo Cacat, Mahasiswa Melarat” di depan Gedung Rektorat, Jumat (22/8).

Salah satu tuntutan Utama yang disampaikan dalam aksi adalah penolakan kebijakan wajib ma’had.

Koordinator lapangan, Iqbal Mujahid, menyatakan kekhawatiran akan konsekuensi mahasiswa baru yang terkendala pelunasan biaya ma’had.

”Mahasiswa baru terancam tidak bisa mengambil mata kuliah atau KRS sebelum membayar UKT dan pelunasan ma’had,” ujarnya.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak kampus belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan dan tuntutan mahasiswa baru.

Reporter: Nuril Baiti Amiliah

Editor: Aisha V.