
Judul Buku: Perempuan di Titik Nol
Penulis: Nawal el-Saadawi
Tahun Terbit: 2014
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Kategori: Hukum dan Politik
Resentator: Diah Ayu Fadilah
Buku Perempuan di Titik Nol diangkat dari kisah nyata Nawal el-Saadawi sebagai seorang psikiater yang kala itu sedang melakukan penelitian tentang kepribadian suatu kelompok wanita di sebuah penjara bernama qanatir, penjara itu diisi oleh mereka yang dijatuhi hukuman atau dituduh melakukan kejahatan.
Oleh seorang teman sejawatnya, Nawal diberitahu akan keberadaan seorang wanita yang berbeda dari tahanan lainnya. Tatapannya tajam seperti sebilah pisau, menusuk, dan menyayat-nyayat jauh ke dalam, suaranya mantap, dingin bagai pisau, tak ada getaran dalam nadanya. Dia adalah Firdaus, tahanan yang akan segera dihukum mati karena telah membunuh seorang laki-laki. Diceritakan bahwa Firdaus tidak seperti wanita-wanita pembunuh yang ada di dalam penjara tersebut. Firdaus menolak semua pengunjung, tidak mau berbicara dengan orang lain, terkadang ia juga tidak tidur sampai pagi, dan sama sekali tidak menyentuh makanannya.
Di bagian awal, buku ini menceritakan bahwa Firdaus yang semula tidak mau menemui siapapun, akhirnya mau menemui sang Psikiater sebelum eksekusi dilakukan keesokan harinya. Sebelum Psikiater tersebut bertanya, Firdaus sudah lebih dulu menceritakan tentang kisahnya di masa lalu.
Baca juga: Demo Tolak RUU TNI di Semarang, Peserta Aksi ditangkap
Sejak usianya yang masih belia, Firdaus hidup dalam keadaan miskin sehingga harus bekerja membantu orang tuanya di ladang ataupun di rumah. Ia sudah sering merasa kelaparan dan tak jarang menerima perlakuan kasar dari ayahnya sendiri. Firdaus yang masih kecil juga kerap mendapatkan pelecehan seksual, baik oleh temannya maupun oleh pamannya sendiri tanpa tahu-menahu bahwa perbuatan mereka terhadapnya adalah suatu kejahatan.
Firdaus tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan berhasil menamatkan sekolah menengah dengan prestasi yang gemilang. Namun penderitaan baru saja dimulai, Firdaus dinikahkan dengan laki-laki kaya raya yang usianya terpaut sangat jauh darinya. Awal itulah yang mengikis Firdaus perlahan menuju titik nol. Mulai dari pamannya, temannya, syekh/suaminya, orang asing, pejabat negara, germo, pangeran arab, semua sama saja. Mereka hanya menginginkan tubuh Firdaus, dan yang terpenting bagi mereka adalah nafsu yang terpenuhi.
Saat ingin terbebas dari kubangan hitam, lagi-lagi Firdaus dihadapkan pada seorang germo yang memiliki koneksi, baik dengan dokter, pengacara, penguasa, dan polisi. Ia menginginkan agar dapat menjadi germo Firdaus, dengan kata lain ingin memanfaatkan Firdaus demi kekayaan pribadi. Alih-alih mendapatkan persetujuan, germo tersebut malah terbunuh di tangan Firdaus, seorang wanita lemah lembut yang ingin dimanfaatkannya. Firdaus menolak keringanan hukuman dan memilih tetap dihukum mati. Ia ingin merasakan kebebasan yang sejati, bahkan ia tak takut mati.
Kisah Firdaus dalam buku ini merupakan kritik sosial yang pedas, dan menguak segala kebobrokan di masyarakat khususnya pada kaum lelaki. Meskipun bahasanya terkesan bertele-tele, namun pesan yang termuat di dalamnya sangat tajam dan kritis. Buku ini juga mengajarkan pada kita untuk tidak mudah percaya dengan seseorang, sekalipun itu keluarga kita sendiri. Karena meskipun orang terdekat, nyatanya mereka dapat dengan mudah memperdaya bahkan menempatkan kita dalam penderitaan yang tak berujung. Selain itu, buku ini sangat direkomendasikan tidak hanya dibaca oleh perempuan, namun laki-laki dapat membacanya sebagai bahan renungan. Buku Perempuan di Titik Nol akan menjadi bahan untuk introspeksi diri, dan membuat kita tidak mudah menghakimi orang lain meski dengan latar belakang yang buruk sekalipun
Tinggalkan Balasan