Dok.Repro-lpmmissi.com |
Oleh: M. Miftahul Kamal Annajib
lpmmissi.com–Tahukah apa itu katak? Katak, binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar dan di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang, pandai melompat dan berenang.
Tahukah tempurung? Tempurung menurut KBBI adalah kulit buah yang keras, seperti kulit buah kelapa. Gunanya untuk apa? Kalau kita kreatif tempurung kelapa bisa menjadi pipa rokok, serbuk tempurung kelapa juga bahan baku obat nyamuk bakar. Tetapi kali ini tak akan membahas terlalu panjang kegunaan tempurung kelapa.
Lalu pernahkah mendengar peribahasa katak dalam tempurung? Istilah ini biasanya digunakan untuk mengibaratkan orang yang tidak memiliki pengetahuan luas atau sangat sedikit pengetahuannya serta kurang luas pandangannya. Hal itu tergambar dari kerasnya tempurung kelapa yang menyulitkan apapun yang terperangkap di dalamnya untuk bisa keluar, termasuk katak.
Terkadang pengetahuan memang bisa mengalami hambatan. Misalnya saat muncul kegagalan dalam perjuangan untuk mencari pengetahuan. Selain karena faktor kegagalan, hambatan lain justru hadir ketika seseorang sudah terlanjur puas dan sudah merasa nyaman dengan kemampuan yang dimiliki. Sedangkan pengetahuan terbentuk melalui pembiasaan yang dilakukan seseorang. Dan orang yang mengalami dua kondisi tadi agaknya pantas jika diibaratkan sebagai katak dalam tempurung.
Katak dalam tempurung ini mudah kita temui dalam kehidupan sehari–hari. Seperti halnya mahasiswa yang nyaman dengan kuliahnya dan menjelek-jelekkan mahasiwa yang aktif organisasi tetapi jarang aktif dalam kuliah, begitu pula sebaliknya. Padahal jika mereka hanya bergulat dalam salah satu, bisa dikatakan mereka sama-sama seperti katak dalam tempurung. Sebab pengetahuan itu tidak hanya sebatas teori yang diajarkan dalam perkuliahan, pengetahuan juga membutuhkan praktik.
Wajar itu terjadi, ketika seseorang terlanjur nyaman dalam sebuah rutinitas maka akan muncul sifat saklek (kaku) dalam dirinya dan tidak mau tahu pandangan lain. Akan tetapi, berbeda dengan orang yang terbuka dan luwes, meski ia mampu tetapi tetap bersedia mengasah pengetahuan di manapun ia berada sehingga menjadikan ia sosok yang professional, bisa jadi ia tak akan merasa benar dan tak menyalahkan perbedaan, tapi sebaliknya ia akan mencari sesuatu yang belum di ketahui dan akan merasa tidak tahu apa-apa. Memang tak apa jika memiliki pengetahuan yang minim, tapi jangan pernah merasa puas dengan apa yang kamu ketahui. Karena pengetahuan tak akan pernah habis dipelajari.
Untuk terhindar dari kurangnya pengetahuan tentu membutuhkan semangat belajar yang tinggi. Ketika lingkungan mengatakan kita sudah berpengalaman, jangan bangga karena itu akan menjatuhkan. Kapan saja mengalami kegagalan dalam mencari pengetahuan, maka ketika itulah muncul semangat bangkit kembali untuk selalu berproses mencari pengalaman dan pengetahuan.
Merasa puas dalam pengetahuan dan pangalaman yang didapat sekarang adalah jurang pada diri kita dalam proses pencarian pengalaman dan mempelajari pengetahuan. Tentu semuanya yang menentukan kita sendiri, kemana tubuh ini mau dibawa apakah ke zona nyaman atau terus mencari pengalaman dan pengetahuan.
Dalam tulisan ini penulis berharap, tak ada lagi katak dalam tempurung di jiwa pemuda terutama mahasiswa. Sebab kelak yang melanjutkan dan menjadi pemimpin di manapun kita berada. Hidup ini adalah perjuangan untuk mencari masa depan yang indah dan mencapai hal itu kita perlu pengalaman dan pengetahuan yang luas.