SEMARANG, LPMMISSI.COM – Semarak pesta demokrasi kampus di UIN Walisongo akhir-akhir ini menghangat. Belum lama ini Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) menyelenggarakan Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) serentak di delapan fakultas sekaligus. Tidak terkecuali Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga ikut meramaikan hajatan akbar mahasiswa yang dihelat satu tahun satu kali ini.
Pemilwa ini merupakan hal yang penting dalam kehidupan demokrasi ala mahasiswa di tingkat Universitas. Apalagi, Pemilwa merupakan sarana untuk memilih wakil mahasiswa yang akan duduk di kelembagaan, baik itu Eksekutif (Dema) maupun Legislatif (Sema). Sebuah jabatan prestisius bagi siapapun yang menjadi pelaku politik (mahasiswa) di lingkungan kampus.
Tak terasa sudah 19 tahun kampus hijau kita ini melaksanakan gelaran Pemilwa. Tercatat dalam sejarah penyelenggaraan pemilihan yang mengadopsi Pemilu ini telah melewati banyak fase, dari Pemilu Raya (Pemira) pada tahun 1998-2005, kemudian Musyawarah Mahasiwa Jurusan (Musmaju) pada tahun 2005-2010 dan akhirnya berganti menjadi Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) hingga saat ini.
Berbagai insiden pun turut mewarnai pesta rakyat kampus ini, diantaranya kampanye yang mengganggu perkuliahan (Majalah Missi Edisi Khusus: 2012), kericuhan pencoblosan, kurangnya sosialisasi calon kandidat, apatisme mahasiswa soal Pemilwa hingga indikasi kecurangan semisal dugaan pelaku pemilih ganda, penghitungan suara di tempat tertutup serta intimidasi-intimidasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk memilih calon tertentu.
Jelang memasuki angka tahun ke-20 pelaksanaan Pemilwa di UIN Walisongo, keefektifan sistem Pemilihan dari tahun ke tahun perlu kita kaji secara mendalam. Pada tahun 2016 muncul wacana mengembalikan Musmaju untuk menggantikan Pemilwa. Namun, hal itu urung terlaksana karena dianggap menghalangi terciptanya pembelajaran berdemokrasi di lingkup kampus.
Amburadulnya sistem dan sepak terjang mahasiwa di kancah politik cukup mengganggu kelancaran pelaksanaan Pemilwa. Mahasiswa belum mampu menerapkan sistem demokrasi yang ideal bagi kampus. Dari sini muncul pertanyaan, masih relevankah Pemilwa untuk memilih wakil mahasiswa di masa mendatang?
Lpmmissi.com mengajak seluruh elemen untuk ikut menyuarakan pendapatnya melalui poling tentang relevansi pelaksanaan Pemilwa. Poling dilaksanakan mulai Kamis, 21/12/2017 dan ditutup Minggu, 31/12/2017.
Caranya cukup vote poling di sebelah pojok kanan atas website lpmmissi.com.
Untuk pengguna android voting di bawah postingan.
Yuk ikutan polingnya untuk UIN walisongo lebih baik!!! Saatnya mahasiswa bersuara!!!
Pimred lpmmissi.com: Muh. Khabib Zamzami