SEMARANG,LPMMISSI.COM-Tak biasanya aksi mahasiswa di Kota Semarang. Dalam aksi tolak RUU Pilkada, mahasiswa berangkat lebih pagi. Benar saja, sedari pagi orasi-orasi telah digaungkan. Dan ketika azan Zuhur selesai berkumandang, massa telah memadati pintu utara Gedung DPRD Jawa Tengah, Kamis (22/8).
Sengatan matahari seakan tak ada harganya dibanding harga diri Ibu Pertiwi. Teriakan massa aksi bersahut-sahutan. “Tolak RUU Pilkada!” “Turunkan Jokowi!”.
Satu-persatu orator menyampaikan orasi dan tuntutannya di atas mobil komando. Tak ketinggalan juga lagu simbol perjuangan melawan oligarki, lagu “Buruh Tani” kompak dinyanyikan.
“Atas nama rakyat kita berjuang!” teriak orator, saat berorasi dengan semangat menggebu. Usai orasi, massa aksi memaksa “masuk” ke dalam halaman DPRD. Upaya saling dorong antara massa aksi dan aparat tak terelakkan. Pintu gerbang utara DPRD pun roboh karena dorongan massa aksi yang lebih kuat.
Massa berusaha terus masuk, sedangkan kepolisian menahan para demonstran agar tidak bisa masuk. Suasana mulai tidak kondusif.
Baca juga: Aksi Demonstrasi Berubah Arah, Ribuan Mahasiswa Padati Halaman Balai Kota Semarang
Saat itu pula, Kru LPM MISSI tengah melakukan wawancara dengan salah satu peserta aksi, Dinisa, mahasiswa UIN Walisongo di tempat yang kami rasa aman.
Ia mengatakan “Mahakamah Konstitusi sudah tepat dalam membuat Undang-Undang Pilkada,”
“Gobloknya…,” kata yang ia ucapkan belum usai, namun tiba-tiba Terdengar suara “BOOM” dari tembakan gas air mata. Sontak, demonstran mulai berlarian tunggang langgang tak tentu arah, aparat terus menyemprotkan water canon untuk membubarkan massa.
Kami pun menghentikan wawancara, saling menjaga dan terus berlari kencang mencari tempat yang lebih aman meski mata sudah terasa perih. Kamu berlari ke arah Taman Indonesia Kaya.
Terlihat beberapa mahasiswa berjatuhan dan kesakitan. Mata perih dan nafas terasa sesak akibat gas air mata. Bahkan ada yang terluka hingga darah keluar dari hidungnya.
Tidak hanya mahasiswa dan massa aksi yang terdampak, para pedagang yang berada di sekitar tempat kejadian pun turut merasakannya. Seorang Ibu (tidak ingin disebutkan namanya), sedang duduk dengan beberapa pedagang dan pembersih jalan ikut merasakan perih di mata akibat gas air mata.
“Saya kena! beberapa pedagang juga mual-mual, lihat mata saya pun masih terasa panas,” ujarnya.
Pada pukul 15.30 tempat aksi demo mulai lenggang. Namun, terlihat mahasiswa yang masih beristirahat di Taman Indonesia Kaya dan tempat-tempat teduh yang berada di sepanjang jalan.
Jalan sisi utara gedung masih tampak genangan air bekas semprotan water canon, bahkan sisa gas air mata masih terasa di sekitar tempat tersebut.
Aksi demo Tolak RUU Pilkada ditutup dengan penyampaian kronologi dan tuntutan, yang disampaikan oleh korlap demo di belakang Taman Indonesia Kaya, sebelah utara gedung DPRD.
Penulis: Rahma Wulansari
Editor: Diah Ayu Fadilah