Buy now

26 C
Semarang
Senin, November 25, 2024
spot_img

Rinto Kus: Masih Jarang Ada Editor Perempuan di Perfilman 

IMG 20230928 WA0012
Supervisor Editor MNC Pictures, Rinto Kus, menyampaikan, saat ini Indonesia membutuhkan perempuan sebagai editor film. ( foto: lpmmissi.com/Rahma)

SEMARANG, LPMMISSI.COM – Supervisor Editor MNC Pictures, Rinto Kus, menyampaikan, saat ini Indonesia membutuhkan perempuan sebagai editor film. Sebab, editor perempuan sangat jarang ditemukan di dunia perfilman.

Hal tersebut ia katakan saat mengisi Talkshow Perfilman yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), dalam rangka Opening Ceremony Communication Festival 2023 di Ruang Teater Gedung Syekh Nawawi Al-Bantani, Rabu (27/9).

“Editor perempuan lumayan terbatas. Di film layar lebar hanya 2 editor perempuan, lainnya laki-laki. Kalau tayangan TV, jumlahnya masih dibawah 10. Jadi, buat perempuan tetap semangat untuk menjadi editor karena peluangnya sangat besar,” katanya.

Baca Juga: Quarter Life Crisis atau Pertanda Lemahnya Iman?

Culture Shock Jadi Masalah? Begini 5 Cara Mengatasinya!

Rinto, sapaan akrabnya, menuturkan, editor memiliki peran yang sangat penting. Editor berhak menentukan urutan scene dalam film berdasarkan cerita yang akan dibangun.

Menurutnya, ada perbedaan antara editor free to air pada tayangan TV dengan editor film layar lebar yang terletak pada lingkup tugasnya.

“Editor film layar lebar hanya melakukan picture lock video, sedangkan audio dan colouring ada krunya masing-masing. Berbeda dengan editor free to air tayangan TV, semua diambil dan dikerjakan oleh editor, mulai dari video, audio,  colouring, maupun yang lainnya,” tuturnya.

Ia mengatakan, ada tiga tahapan dalam produksi film, yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra-produksi menjadi tahap pembahasan ide awal dalam pembuatan film.

Baca Juga: Arah Gerak DEMA-U Jauh dari Idealisme Mahasiswa, Dema FSH Tantang Debat Terbuka

Pada tahap produksi, pembuat film dituntut bisa beradaptasi dengan situasi yang ada di lapangan. Sedangkan pasca produksi menjadi tahapan akhir dalam menentukan keutuhan cerita.

“Pra-produksi artinya film ini mau dibawa kemana? Mau ke dokumenter, art, atau hiburan? semua kru harus terlibat. Kalau produksi, harus beradaptasi dengan situasi, karena terkadang apa yang sudah direncanakan bisa berubah saat di lapangan. Tahap pasca produksi akan dilakukan editing, penataan suara, scoring music dan colour grading,” jelasnya.

Rinto berpesan untuk tidak mengharapkan sebuah keberuntungan tanpa adanya usaha untuk berlatih.

Masa Jabatan Dema-U Hanya 6 Bulan, Audiensi Belum Membuahkan Hasil

“Mulailah dengan karya-karya kecil yang nantinya bisa menjadi bahan perkembangan dalam diri kita,” pungkasnya.

Reporter: Rahma Wulansari

Editor: Sukma Putri

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[td_block_social_counter twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333" instagram="https://www.instagram.com/lpm_missi/?hl=en"]

terkini