Foto: Hidayatullah |
Semenjak tanah air menginformasikan terdapat dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang dinyatakan positif virus korona atau Covid-19, segala bentuk kewaspadaan penyebaran seketika diperketat. Tak lama, pemerintah mengeluarkan surat edaran dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.01/MENKES/199/2020 pada 15 Maret 2020, tentang isolasi diri di rumah selama 14 hari. Segala hal yang berbau perkumpulan dan interaksi banyak orang menjadi sesuatu yang terlarang.
Namun masih saja terdapat sejumlah masyarakat yang berlagak dan tidak mengikuti arahan, berkeliaran dan menimbulkan petaka untuk sekelilingnya.
Istilah ngeyel akhir-akhir ini memang sempat viral di media sosial, lantaran terdapat pasien yang dinyatakan positif Covid-19 di Solo yang enggan untuk dirawat di rumah sakit dan lebih memilih menghadiri pernikahan tetangganya. Alhasil satu kompleks berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) atau bahkan dinyatakan positif sekalipun.
Aksi ngeyel juga terjadi di masjid Istiqlal Jakarta. Sejumlah jamaah memaksakan diri untuk tetap melaksanakan salat di masjid, dengan alasan ketidaktahuan terkait imbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa, diperbolehkan untuk meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan salat Zuhur di rumah.
Nasi sudah menjadi bubur. Karena kengeyelan jamaah, sang takmir pun mengizinkan masuk. Bukan untuk melanjutkan salat Jumat, melainkan dengan salat Zuhur berjamaah. Tentunya dengan koridor pencegahan yang sesuai dengan arahan kesehatan, seperti jamaah diminta untuk memberi jarak satu sama lain, tidak adanya karpet, dan mencuci tangan sebelum memasuki masjid. Salat pun diakhiri dengan bacaan qunut nazila dan doa, yang dipandu imam dengan harapan agar terhidar dari bencana wabah.
Sikap ngeyel seperti itu pastinya akan membuat orang geram. ‘Ngeyel’ merupakan kata dasar ‘eyel’ yang apabila diartikan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tidak mau mengalah dalam berbicara, ingin menang sendiri.
Seorang peneliti, Hans Panjaitan juga memaknai lain dari ‘Ngeyel’. Kata dari bahasa Jawa ini, juga bisa diartikan positif maupun negatif. Orang apabila ngeyel bersikap keras kepala, bandel, tidak mau taat perintah, dan membangkang itu bisa dimakna negatif. Lain hal jika seseorang itu ngeyel karena kritis, pintar, dan berani tentunya akan bermakna positif. Tidak perlu diperjelas kembali, publik akan memahami makna ngeyel apa yang sedang terjadi di negara ini.
Bagaimana tidak geram, jika masyarakatnya saja ngeyelan seperti itu. Namun tidak semua orang memiliki perlakuan yang sama. Baru-baru ini kalangan artis, publik figur, sampai seniman mengupayakan dan mengajak masyarakat untuk bersatu membatasi diri dalam berinteraksi, atau sering dikenal dengan sosial distance. Tak hanya itu, kalangan medis pun turut menyuarakan aksi yang sama dengan banyaknya edaran foto yang berisi “Kami bantu kamu, kamu bantu kami #dirumahaja”.
Seharusnya sikap ini perlu diapresiasi, bukannya saling menunjukkan sikap egoisme dan semaunya sendiri. Maka tidak heran, kenapa dengan banyaknya usaha maupun doa belum bisa meredam wabah? Apakah ini ada kaitanya dengan kehendak Tuhan?
Tiba-tiba saya teringat dengan petikan lagu Ebiet G. Ade – Berita kepada kawan, yang tidak salah bunyinya seperti ini.
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Kita serasa disadarkan kembali dengan cuplikan yang mana kala akan dinyanyikan apabila musibah telah menimpa manusia. Jika direnungkan kembali, datangnya virus Covid-19 ini pastinya memberikan tanda. Tentunya Tuhan pun tidak asal menciptakan. Makhluk yang berbentuk bakteri dan tidak terlihat dengan mata telanjang saja, bisa meluluh lantakkan penduduk bumi. Tidak perlu dengan bala tantara ababil ataupun pasukan terkuat sekalipun.
Wabah ini serasa memberikan pesan, bahwa Tuhan memang sedang dibosankan dengan sikap rakus, sombong, dan ingkarnya manusia. Sama Tuhan kok Ngeyel?
Tuhan itu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu. Yakni, Tuhan berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan bebas saja menyadarkan manusia lewat ciptaan-Nya.
Sifat jaiz-Nya sekarang telah kita rasakan. Masih ingin ngeyel lagi? Langkah saat ini yang perlu diambil tidak lain hanya tawakal kepada-Nya. Tidak luput pula dengan usaha dan doa memohon ampun, agar wabah ini segera mereda. Renungkan kembali langkahmu, tetap jaga diri dan #dirumahaja.
Oleh : Sekarwati