resensi
Teror Lonceng Ibu…
Semenjak sang Ibu (Ayu Laksmi) terbaring sakit selama tiga tahun terakhir, kehidupan Rini (Tara Basro) dan keluarga mengalami krisis finansial. Sampai-sampai Rini harus mendatangi produser untuk meminta royalti dari lagu-lagu ibunya saat dulu berkarir sebagai penyanyi, berharap masih ada sisa untuk membantu pengobatan sang ibu.
Rini beserta Ayah (Bront Palarae) dan ketiga adiknya Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), dan Ian (M. Adhiyat) terpaksa tinggal dengan Nenek (Elly D Luthan) karena rumah keluarga di kota telah dijual. Beberapa saat setelah mereka pindah ke rumah nenek, kondisi ibu tak kunjung membaik. Ibu hanya mengandalkan lonceng sebagai alat komunikasi ketika sedang membutuhkan bantuan.
Hingga pada suatu malam, Rini menyaksikan Ibunya berdiri menghadap keluar jendela yang menghadap langsung ke kuburan. Ketika Rini menepuk pundak Ibu, ia dibuat terkejut karena Ibunya justru melotot, kejang, berteriak dan akhirnya jatuh meninggal.
Setelah kematian Ibu, sang Ayah pergi ke kota untuk bekerja dan meninggalkan Rini, ketiga anaknya dan nenek di rumah. Sejak saat itu teror menakutkan mulai terjadi. Mulai dari nenek yang ditemukan meninggal di dalam sumur. Tony yang sering mendengar nyanyian dan suara lonceng ibu saat mendengar radio. Dan beberapa kejadian supranatural lain membuat Rini terpaksa meminta bantuan dari Hendra (Dimas Aditya), anak ustaz setempat untuk tinggal dirumahnya.
Teror yang terjadi terjawab ketika Rini menemukan surat yang ditulis oleh neneknya, lalu mengantarkannya bertemu dengan teman lama nenek dan mengerti situasi yang sedang dihadapi Rini saat ini. Tetapi Rini tidak percaya jika ternyata ibunya tergabung dalam kelompok pemuja setan bernama Sekte Kesuburan.
Teror yang dihadirkan dalam film ini tak pernah lepas dari suara lonceng ibu di kamar. Rumah menjadi sangat angker, penampakan sosok ibu yang lagi membuat keempat bersaudara ini ketakutan.
Sejak tayang perdana pada 28 September 2017 lalu, film ‘Pengabdi Setan’ mampu menyedot perhatian masyarakat. Tujuh hari pertama penayangan, tercatat 1 juta orang telah menonton film garapan sutradara Joko Anwar tersebut.
Joko Anwar dinilai berhasil membuat film horor berkualitas yang pernah di produksi industri film di Indonesia. Bahkan film yang merupakan remake dari film dengan judul samaini digadang-gadang menjadi film paling horor tahun 2017. Misalnya kehadiran sosok- sosok mayat hidup di akhir cerita seperti membuat penonton tak diberi ruang untuk bernapas.
Kelebihan dari film ini di antaranya terletak pada pengemasan audio seperti suara lonceng ibu yang khas. Selain itu, film ‘Pengabdi Setan’ telah menghapus stereotype bahwa film horor Indonesia selalu bermuatan pornografi. Sebaliknya, film berlatartahun 1980an ini justru menghadirkan beberapa humor tetapi tidak merusak esensinya sebagai film horor. Tokoh Ian yang tunawicara namun menggemaskan cukup membuat penonton geregetan dan juga Bondi yang polos.
‘Pengabdi Setan’ juga menyisipkan unsur religius dengan cukup baik. Ketika keluarga Rini mengalami fase kehilangan iman lalu mendatangi ustaz untuk meminta bantuan. Seperti tampak pada dialog antara ustaz, Rini, dan Tony. “Kalian shalat?” Rini dan Tony menggeleng, lalu ustaz menjawab, “Maka shalatlah,”.
Sayangnya, adegan kehadiran mayat-mayat hidup jarang sekali ada close up wajah mereka sehingga seram yang dihadirkan kurang “greget”. Namun terlepas dari itu semua, film ini layak untuk ditonton, terutama bagi penikmat film horor, sebab jantung anda akan berdetak kencang, mulut akan dibuat ternganga, dan lonceng ibu akan membuat tercengang.
[Judul Film : Pengabdi Setan] [Genre : Horror] [Sutradara : Joko Anwar] [Pemeran : Tara Basro, Bront Palarae, Dimas Aditya, Ayu Laksmi] [Rilis : 28 September 2017]
Resensator : Nur Aini