Foto: lpmmissi.com/ Dok. |
SEMARANG, LPMMISSI.COM– Teater Mimbar mengeluhkan pengelolaan sampah yang menumpuk di samping sanggarnya, melalui story Instagram @teatermimbar, kemarin sore, Kamis (29/08).
Salah satu pengurus Teater Mimbar Nanang Rezaldi sosok dalam story tersebut, mempertanyakan perhatian rektor, terhadap pengelolaan sampah yang buruk di UIN Walisongo Semarang.
“Dimana letak kemanusiaan rektor UIN Walisongo melihat realita ini,” katanya sambil menunjukkan sampah yang menggunung.
Baca juga: Menghadapi Darurat Sampah Ala Sosilo Toer
Saat lpmmissi.com mengkonfirmasi terkait story tersebut, Nanang mengaku hanya melampiaskan kekesalannya terhadap pengelolaan sampah yang tidak baik.
Kepada kru lpmmissi.com, Nanang menuturkan bahwa teater mimbar sangat terganggu dengan tumpukan sampah tersebut. Baik oleh polusi udara hingga kekhawatiran terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh sampah tersebut.
“Selain baunya, kami juga khawatir terhadap ancaman penyakit yang disebabkan banyaknya lalat yang berkerumun di sampah tersebut,” tuturnya, saat ditemui kru lpmmissi.com di Sanggar Teater Mimbar.
Baca juga: Asap TPS Bikin Latihan PSHT Terganggu
Ia tidak ingin anggota Teater Mimbar sakit secara bersamaan karena lingkungan yang kotor di area sanggarnya.
Ia juga menambahkan, bahwa Lurah Teater Mimbar sudah berulangkali menyampaikan keluhan terkait sampah kepada pihak kampus. Namun, ia merasa bahwa kampus belum menanggapi keluhan mereka dengan serius.
“Memang dulu setelah kami bersama warga mengeluhkan tumpukan sampah itu. Setiap tiga atau empat hari pasti ada truk sampah yang datang untuk mengakut sampah. Namun untuk event-event besar seperti Wisuda dan PBAK, tentunya sampah bisa lebih cepat lagi dikelola,” ungkapnya.
Baca juga: Olah Sampah Jadi Berkah
Ia berharap, pihak kampus dapat memindahkan pembuangan sampah ke tempat yang jauh dari kegiatan mahasiswa. Sehingga kegiatan mahasiswa tidak terganggu dengan sampah yang menumpuk.
“Seharusnya kampus bisa mengelola sampah lebih baik lagi, serta memindahkan pembuangan sampah ke tempat yang jauh dari kegiatan mahasiswa,” tuturnya.
“Saat ini kami hanya bisa menyampaikan kritikan melalui karya,” pungkasnya.
Reporter: Sakti Chiyarul U.
Editor: Ika Ayu R.