Buy now

27 C
Semarang
Senin, November 25, 2024
spot_img

Tak Peduli Kampus, Muleh Wae Nang SMA

karikatur%2B2
Ilustrasi : Missi 2017

Pesta demokrasi tingkat mahasiswa se-UIN Walisongo telah berlalu. Selebaran, banner, poster dan kampanye berantai melalui daring telah usai, beberapa orang  mendadak berbeda seakan menunjukkan sisi ‘saya pantas dipilih’. 


Selasa pagi beberapa mahasiswa beramai-ramai membentuk barisan panjang untuk menunaikan hak memilih calon penyalur aspirasi, katanya. Di bawah jembatan kebanggaan semua civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), bilik suara berjejer rapi, para saksi pengawal Luber Jurdil berdiri, dengan aling-aling banner bekas yang kemarin baru dilepas.

Beberapa mahasiswa justru sebaliknya. Menjalani hari yang sedikit murung dengan semestinya, kuliah-pulang-perpus, memilih menyimpan hak suara mereka atau bahkan tidak tahu hajat besar apa yang sedang digelar pada tanggal 19 Desember tahun ini. Dari ratusan bahkan ribuan mahasiswa FDK nyatanya yang memakai hak suara mereka hanya 300 orang. Kemanakah ratusan orang sisanya? menjadi apatis dengan politik kampus atau enggan dengan sistem dan kekotoran yang tersimpan?

Sehari pasca pemilwa menyisakan duka dan tawa, tentunya untuk yang terpilih dan tersisih. Dan beberapa mahasiswa justru mengeluarkan suara disaat semua telah usai, calon  terpilih, pemilwa sudah kukut. 

Mereka menyuarakan ketidakadilan penggunaan suara dari satu mahasiswa menjadi dua suara. penarikan KTM sebagai solusi terhindarnya golput oleh mahasiswa baru yang masih lugu, dan mahasiswa lama yang memilih golput karena tidak mengenal calon. Serba-serbi pemilwa memang menyisakan duka dan tawa.

Beberapa orang yang tidak tertarik sama sekali ikut terjun atau sekedar berkenalan dengan politik kampus, mungkin beralasan demikian. Ditambah prosedur-prosedur pemilwa yang membuat heran. Beberapa sisanya bahkan sempat melontarkan tanya ‘Apa sih pentingnya pemilwa? sebuah pertanyaan yang meminta jawab atau merendahkan? Begitu apatiskah mereka ?

Berbagai kiat untuk memperkenalkan calon kandidat sudah dilakukan jauh-jauh hari. Agar tidak ada golput, bimbang apalagi gamang. Tak hanya berbentuk kampanye gambar dan text, mahasiswa FDK diberikan kesempatan untuk bertanya jawab langsung kepada calon di Laboratorium Dakwah (Labkom) seminggu sebelum pesta demokrasi dimulai. Ketidaktahuan yang dijadikan klise. Alasanmu untuk golput kurang cerdas, Bung!
Golput bisa menjadi alasan namun tidak bisa menjadi tujuan, sebagai mahasiswa yang adil, memiliki jiwa korsa yang tinggi, dan untuk menghindari kesedihan mendalam bagi para calon yang tidak terpilih nantinya. 


Apabila menggunakan golput sebagai alasan,  sudah dipastikan itu bukanlah pemikiran seorang mahasiswa. Muleh wae Le nang SMA… 

Golput juga bukan merupakan hal yang bijak dan bisa diagungkan, golput merupakan penyakit dalam sebuah pemilihan, golput harus dituntaskan, apalagi hanya dengan alasan Rak kenal, terus arep mileh sopo? Tradisi yang merusak calon-calon masyarakat Indonesia kalau sudah waktunya nanti. 

Pasalnya, Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang berusaha mengubah nasibnya. Sama halnya dengan kampusmu tidak akan berubah kecuali engkau yang akan merubahnya dengan hal sederhana membuang sampah pada tempatnya hingga hal yang lumayan besar, yaitu menunaikan hak untuk memilih. 

Toh tidak ada sampai lima menit untuk mengangkat tangan, kemudian menurunkannya ke salah satu gambar untuk ditusuk paku. Lima menit yang akan mengubah fakultas tercinta menuju masa depan cerah dan cemerlang, andaikan hak suara mahasiswa digunakan semestinya, serta KEJUJURAN kita semua yang dijunjung tinggi sampai mati. Cita-cita itu sudah lama tercapai, mungkin.

Akibat golputmu, wahai mahasiswa yang budiman, setahun yang akan datang jangan pernah lagi ada kata terucap ‘Mengapa kampusku masih begini-begini saja bahkan makin buruk keadaannya’. Semua itu karena mayoritas kalian yang salah dalam memilih utusan. Juga karena kesalahan banyak dari kalian yang tidak menggunakan hak suaranya. Itu karena kesalahan kalian yang tidak mau mengorbankan waktu satu jam meneliti bakal-bakal calon yang dipamerkan. 

Jangan mengeluh apabila nasibmu dan kampusmu tidak berubah. Sebab itu kesalahan sikap apatis yang kalian utamakan. Politik kampus perlu dan penting untuk diikuti agar lebih jauh kita memahami seluk beluknya. memonitoring kegiatan satu tahun kepengurusan sebagai wakil mahasiswa. Jangan menjadi mahasiswa yang awalnya golput namun ujungnya maido karna wakil mahasiswa tidak jelas kerjanya.

Belajar dari beberapa story social media mahasiswa fakultas kita tercinta, mengenai Pemilwa kemarin yang telah lalu dan telah usai. Untuk mengubah nasib membutuhkan kalian yang tidak golput, cerdas memilih,  jujur, dan bertanggungjawab untuk memilih serta dipilih. 

Penyesalan sebab pemilwa kemarin dipastikan akan terjadi diujung kepengurusan wakil mahasiswa tahun ini. Semoga tahun depan, kita sedekit berpikir revolusioner dengan meneliti, memilih, dan memonitoring birokrasi kampus. Agar tidak berulang kesalahan yang sama. 

Penulis : Hijriyati Nur Afni
Editor   : M. Iqbal

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[td_block_social_counter twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333" instagram="https://www.instagram.com/lpm_missi/?hl=en"]

terkini