 |
| Foto: Sumber dokumen lpmmissi.com |
SEMARANG, LPMMISSI.COM – Pada era yang sudah maju ini, mahasiswa dituntut harus pandai memanfaatkan momentum. Hal itu disampaikan Najahan Musyafak saat mengisi Acara Seminar Nasional Gebyar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) yang Ke-24 tahun.
Najahan menjelaskan, posisi mahasiswa sangat strategis dan berpotensi menentukan warna dan arah yang akan datang.
“Jika tidak bisa memanfaatkan momentum sebagai peluang, maka dengan mudah akan hilang begitu saja. Mahasiswa itu sebagai bagian dari pemuda Indonesia yang memiliki karakteristik unik dan mahasiswa juga sebagai pelajar yang memiliki high level,” tuturnya.
Ia menambahkan, 10 sampai 20 tahun yang akan datang, mahasiswa yang akan mengisi posisi di berbagai lini.
Baca juga: Demisioner BEM UNDIP Bagikan Tiga Cara Menjadi Pemimpin Idea
“Mahasiswa harus bisa mengambil ruang-ruang penting sesuai passion dan kompetensinya,” katanya.
Selain itu, Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri Kementerian Agama, Tholibin Al-Asyhar menuturkan kemajuan teknologi sudah banyak mengubah gaya hidup dan budaya masyarakat Indonesia.
“Masyarakat saat ini sudah banyak yang kecanduan media sosial, maka dari itu mahasiswa BPI harus memanfaatkan untuk sarana berdakwah,” ucapnya yang juga menjadi pengisi Acara Seminar Nasional Gebyar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) yang Ke-24 tahun.
Tholib menyarankan agar mahasiswa BPI bisa membuat konten yang kekinian seperti video pendek, podcast, infografis, dan narasi tentang dakwah.
Baca juga: Dekan FDK Himbau Aktivis Mahasiswa Harus Cerdas
“Ini tantangan di mana mahasiswa dituntut berpikir kreatif, pragmatis mudah dicerna dalam membuat suatu konten,” ujarnya.
Kemudian ia berpesan agar mahasiswa mau banyak belajar agar pesan-pesan keislaman dalam suatu konten tersebut bisa sampai ke masyarakat dengan mudah.
Acara Seminar Nasional Gebyar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) yang Ke-24 tahun diselenggarakan via Zoom Meeting, pada Sabtu (10/10) dengan tema “Mengekspor Potensi Mahasiswa BPI dalam Ranah Penyuluhan di Era New Normal”.
Reporter: Fitroh Nurikhsan
Editor: Aditia Ardian
