SEMARANG, LPMMISSI.COM – Tidak ada yang menduga, di tangan guru privat ngaji Indaryanto Limbah logam yang tak terpakai disulap menjadi robot.Bahkan barang bernilai seni itu mampu terjual hingga mancanegara.
SEMARANG, LPMMISSI.COM – Tidak ada yang menduga, di tangan guru privat ngaji Indaryanto Limbah logam yang tak terpakai disulap menjadi robot.Bahkan barang bernilai seni itu mampu terjual hingga mancanegara.
Mas In sapaan akrabnya,merakit dan membuat robot di rumahnya yang beralamat di Jalan Anjasmoro Tengah VI nomor 48 Karangayu Kota Semarang.
Bapak berusia 45 tahun ini mengaku bahwa membuat robot bukanlah pekerjaan utama dan hanya sebatas hobi. Dia lebih memilih menjadi guru privat ngaji yang sudah 20 tahun ia jalani sebagai mata pencahariannya.
“Awalnya pada tahun 2009 tidak sengaja menemukan limbah logam di laci. Lalu berfikir gimana biar limbah tidak berserakan,akhirnya ditempel-tempel jadi apa gitu.Eh ternyata bisa jadi sesuatu dan bisa dijual,” ucapnya saat ditemui kru lpmmissi.com di kediamannya, Kamis (17/12).
Baca juga : Wujudkan Impian Istri, Kuli Bangunan Dirikan Taman Baca
Mas In merasa terkejut ketika karya seninya berupa robot sampai diminati orang luar negeri,seperti China dan Jepang.Sedangkan di Eropa khususnya Belanda,mereka memesan bentuk motor Harley Davidson yang terbuat dari limbah logam tersebut.
Limbah logam yang digunakan untuk membuat robot,Mas In dapatkan dari pasar loak hingga dari pemulung.Biasanya bahan-bahan logam yang ia gunakan beraneka ragam. Diantaranya cakram sepeda motor, logam korek api, logam sabuk, rantai, baut dan beberapa limbah logam lainnya.
“Untuk harga robot mulai dari Rp 50ribu sampai Rp. 2 juta.Tergantung tingkat ukuran dan kerumitannya. Biasanya butuh waktu pengerjaan paling lama bisa sampai satu minggu,” jelasnya.
Karena robot buatannya tergolong unik,Mas In pernah didatangi oleh mahasiswa luar negeri.Tujuannya ingin belajar pada Mas In dan ingin mengetahui pemanfaatan limbah di Indonesia.
“Saat itu saya bekerjasama dengan bank sampah. Ada dari lima negara datang ke Semarang.Yang limbah dari logam dipasrahin ke saya,” katanya.
Tak hanya mahasiswa luar negeri,banyak juga mahasiswa lokal dari Universitas Diponegoro, Universitas Semarang dan Universitas Katolik Soegijapranata yang belajar padanya.Para mahasiswa mengaku terheran-heran dengan robot buatannya.
“Kebanyakan pada heran,kok kepikiran gitu.Padahal bahan bakunya bisa didapatkan di sekitar kita,” sahutnya.
Mas In tidak pelit untuk berbagi,dirinya mempersilahkan kepada siapapun masyarakat yang ingin belajar kepadanya.Sebab semakin banyak yang memanfaatkan limbah,populasi limbah logam di lingkungan kita akan berkurang.
Baca juga : Sosok Soegiarin, Penyebar Pertama Berita Kemerdekaan Indonesia ke Penjuru Dunia
Namun adanya pandemi membuat Mas In sedih,lantaran tidak ada acara pameran.Pasalnya penjualan robot buatannya hampir delapan puluh persen laku saat mengikuti pameran.
“Sebelum pandemi,satu bulan bisa mengikuti pameran hingga tiga kali.Pernah paling jauh ikut pemeran sampai ke Medan dan Jakarta,” katanya.
Mas In pun tak menampik,dibutuhkan ketelatenan untuk membuat robot dengan memanfaatkan bahan limbah logam tersebut.Hal terpenting,jangan putus asa untuk menemukan formula agar robot-robot itu kokoh.
“Dulu kita kan pakai lem alteco,waktu di pameran tau-tau besinya lepas.Prosesnya panjang hingga kita menemukan solusi menggunakan solder.Banyak kendala yang kita temui,sampai sekarang bisa pakai las juga,” tandasnya.
Reporter: Fitroh Nurikhsan
Editor: Alifia Elsa Maulida