Buy now

25 C
Semarang
Senin, Februari 24, 2025
spot_img

Gebyuran Bustaman: Kesejukan Tradisi di Tengah Kota

 

bustaman scaled
Gebyuran Bustaman (doc: Nuril Baiti Amiliah)

SEMARANG,LPMMISSI.COM-Ditengah padatnya kota Semarang, terselip tradisi unik yang masih terus lestari hingga saat ini. Menjelang bulan suci Ramadhan, Kampung Bustaman kembali adakan tradisi “Gebyuran Bustaman” yang berlangsung selama 5 hari, yaitu pada tanggal 15-23 Februari 2025.

Dari sejarah pada tahun 1742 yang awalnya hanya menyiram air saja, sekarang berkembang menjadi perang air. Air yang telah dibungkus oleh plastik dihiasi dengan pewarna makanan sehingga lebih terlihat menarik. Tradisi ini diramaikan oleh warga Kampung Bustaman dan masyarakat umum.

Seorang wanita yang menjabat sebagai RT setempat, Dini, menyebutkan ketentuan jumlah air yang disiapkan.

Baca Juga:Jadi Tradisi, Ini Keunikan Selama Ramadan di Kampung Melayu Semarang, Sajikan Kopi Arab Saat Berbuka Puasa

“Ketentuannya per-rumah menyiapkan 200 kantong, untuk pewarnanya bebas warna apa yang penting pewarna makanan agar tidak bahaya karena di sini kami juga menyediakan untuk para pengunjung.”

Selain air, warga juga menyiapkan cat pewarna yang terbuat dari beras bobok kencur dipadu dengan pewarna makanan yang akan menghiasi muka. Hal ini dianggap sebagai simbol dosa-dosa di masa lalu yang harus disucikan menjelang bulan suci Ramadan.

Sebelum dimulainya puncak acara, terdapat pertunjukan seni dari berbagai komunitas seni di kota semarang seperti Wadah Musik Sastra (WMS) Universitas Diponegoro, Sanggar Turonggo Hesti, Sweet perl hingga Beruga.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB, acara dimulai dan diawali dengan sambutan dari kepala Dinas kebudayaan dan pariwisata, Wing Wiyarso, yang juga akan membawa air dari sumur tua peninggalan Kyai Bustam.

Selain itu, anak-anak diiring ke sumur tua lalu disiram sebagai simbolis penyucian diri. Suara tabuan menandakan perang air telah dimulai. Warga asli maupun pengunjung saling melempar air warna warni dari sudut jalan gang Kampung Bustaman, hingga pojok dalam gang.

Reporter: Nuril Baiti Amiliah 

Editor: Kholis

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini