foto:lpmmissi.com/repro |
Judul Buku : AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
Jenis Buku : Fiksi/ Novel
Penulis : Tere Liye
Tebal : 299 halaman
Tahun Terbit : Mei 2014 (Cetakan ke-11)
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-6905-5
Resensator : Korie Khoriah
Siapa sangka. Dengan dongeng-dongeng tentang definisi kebahagiaan, tentang membesarkan anak dengan sederhana. Kesederhanaan yang justru membuat ia benci ayahnya sendiri.
Bukan sesuatu yang bijak ketika memilihi melawan kekerasan dengan kekerasan. Membalas penghinaan dengan penghinaan. Apa bedanya dengan penjajah jika saling menzalimi, saling merendahkan. (Suku Penguasa Angin)
Sebenarnya Dam sadar bahwa cerita-cerita ayahnya telah memberikan banyak pengaruh kepada jalan hidupnya, termasuk karirnya sebagai arsitek dalam desain-desain yang ia buat terinsiprasi dari cerita lembah bukhra dan suku penguasa angin. Hingga yang tidak nampak yakni pemahaman hidup dan perangainya.
Puncaknya ketika Ibu Dam sakit dan akhirnya meninggal.
Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Perlu berlatih dan bekerja keras untuk bagaimana membersihkan dan melapangkan hati. Kabar baik, keberuntungan, hata benda, pangkat, jabatan, semua itu kebahagiaan dari luar yang sifatnya tidak hakiki. Saat semua hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan.
Caranya hidup sederhana dan apa adanya merupakan jalan tercepat untuk melatih hati di tengah riuh rendah kehidupan.
Rasa kecewa Dam karena tidak bisa meminta tanda tangan Sang Kapten langsung usai bertanding membuat ia mulai meragukan kebenaran dari cerita ayahnya selama ini. Saat dihukum membersihkan perpustakaan sekolah, ia tidak sengaja menemukan buku dongeng Apel Emas Lembah Bukhara yang isi ceritanya persis seperti cerita yang sering ayahnya bawakan.
Betapa karya Tere Liye kali ini membuat pembaca harus menduga-duga apakah Ayah Dam sebenarnya berbohong atau tidak? Satu sisi, penulis menghadirkan sosok ayah yang terkenal jujur dan sederhana. Pada sisi yang lain, cerita-cerita ayah dan penemuan-penemuan Dam di Akademi Gajah yang disinyalir akan menjadi bukti kuat bahwa cerita ayah hanyalah hasil imajinasi dan kebohongan, dikuatkan oleh percakapan antara Ibu dan Ayah Dam yang dialognya mengarah pada kemungkinan kalau ayah hanya berbohong, seperti saat ibu berkata bahwa suatu saat Dam akan mulai bertanya pada ayahnya apakah ceritanya selama ini nyata dan mengingatkan ayah bahwa suatu saat ayah tidak akan siap dengan rasa ingin tahu Dam.