Publik sempat dikejutkan dengan kabar meninggalnya Dr. Ryan di awal Agustus lalu. Dilansir dari tempo.co, kakak dari dokter yang dikenal tampan itu menjelaskan, adiknya setahun belakangan menderita maag akut. Publik mengenal Ryan Thamrin sebagai dokter yang namanya semakin mahsyur setelah menjadi pembawa acara Dr. OZ Indonesia. Saat masih menjadi presenter, ia sering membagi tips pola hidup sehat kepada penonton.
Penyakit maag yang diderita Ryan Thamrin merupakan penyakit yang menyerang lambung manusia dengan indikasi peradangan atau luka pada lambung karena dipicu oleh tingginya kadar asam lambung. Pola makan yang tidak sehat dan teratur seringkali menjadi penyebab utama seseorang terkena maag. Sayangnya masih banyak penderita maag yang menganggap sepele penyakit tersebut.
Padahal faktanya maag bisa menyerang siapa saja. Tidak peduli usia dan profesi. Usia anak-anak, remaja, orang tua bahkan seorang yang berprofesi dokter sekalipun berpeluang terkena maag. Meski bekerja sebagai praktisi kesehatan, dokter tetap berpeluang terserang maag apabila tidak mampu menerapkan pola hidup sehat.
Maag dalam bahasa ilmiah disebut dengan istilah Gasitris yaitu suatu penyakit yang menimpa lambung dan memberikan efek kurang berfungsinya lambung secara maksimal dalam melakukan tugasnya mencerna makanan.
Penderita maag akan merasakan gejala awal seperti perih yang menusuk pada perut bagian kanan. Jika sudah sampai fase maag kronis, biasanya penderita akan sering merasakan sakit perut, mual, muntah, perut kembung, bersendawa, dan sering lapar. Bila diabaikan secara terus-menerus, hal ini bisa menyebabkan terjadinya pendarahan lambung dan kebocoran usus.
Salah satu aktor yang berpeluang besar terkena penyakit maag di antaranya yakni mahasiswa. Sebab pada kenyataannya seringkali ditemui mahasiswa merupakan manusia yang sulit menerapkan gaya hidup sehat terutama yang berkaitan dengan pola makan dan sering mengalami stress.
Mahasiswa sering menerapkan pola makan siang yang terlalu cepat atau sarapan terlambat. Tidak jarang mahasiswa menyebut makan di jam 11 siang sebagai sarapan yang tertunda. Atau seringkali merapel makan pagi dan siang dalam satu waktu. Faktornya beragam, bangun tidur yang kesiangan karena semalaman suntuk mengerjakan tugas atau bisa jadi itu merupakan trik untuk berhemat. Jelinic, Nola, Matanic, dalam penelitiannya juga menyebutkan tinggal sendiri atau indekos membuat mahasiswa lebih tidak terbiasa untuk melakukan kebiasaan sarapan.
Jika alasannya berhemat, mahasiswa sebaiknya perlu berpikir ulang. Sebab kesehatan bisa dikatakan mahal tetapi juga murah. Sebenarnya kesehatan menjadi mahal ketika seseorang terlanjur membiarkan penyakit bersarang dalam tubuhnya atau bisa dikatakan memasuki fase mengobati. Sebaliknya, kesehatan akan murah harganya jika seseorang bersedia menangkal (mencegah) penyakit untuk tidak menjamah tubuh sehatnya. Meski sebenarnya murahnya mencegah penyakit ini relatif. Artinya, murahnya sebuah kesehatan juga bergantung pada cara seseorang menerapkan pola hidup sehat, menggunakan cara yang mahal atau murah.
Cara hidup murah yang bisa diupayakan mahasiswa agar tetap sehat misalnya memperhatikan makanan. Tidak perlu makanan yang mahal untuk tetap sehat. Tempe, tahu, sayur mayur, buah pisang yang harganya dua ribu saja sudah cukup memenuhi kadar gizi minimal yang diperlukan tubuh. Agar tetap hemat mahasiswa juga bisa memilih memasak makanannya sendiri. Selain makanan, mahasiswa dapat mempertahankan gaya hidup sehat dengan terarur berolahraga dan menjaga kebersihan tempat tinggal dan sekitarnya.
Kepergian dokter Ryan Thamrin semoga dapat memberikan pelajaran kepada khalayak bahwa siapa saja bisa memberi semangat, tetapi hanya satu yang mampu menjadikannya bermanfaat yakni diri sendiri. Dalam hal ini, siapapun bisa menyarankan orang-orang di sekitarnya untuk menjaga kesehatan, tetapi yang bisa benar-benar menjaga kesehatan manusia itu dirinya sendiri. Mens sana in corpore sano, healthy mind in helathy body!
Oleh: Korie Khoriah