
SEMARANG,LPMMISSI.COM-Gebyuran Bustaman menjadi acara tahunan Kampung Bustaman dalam menyambut bulan Ramadhan. Pada puncak acara di hari Ahad (23/02) ini, sebelum penghujung gebyuran, acara dimeriahkan oleh pentas seni Cendra Masal dari Paguyuban Turonggo Hesti.
Gelaran tikar berwarna orange yang menjadi panggung, para pemain menampilkan pertunjukan yang membuat pengunjung sekaligus penduduk setempat terpukau sekaligus deg-degan.
Pertunjukan Cendra Masal ini secara garis besar menceritakan tentang kembar Hesti yang diselamatkan oleh sang raja dari butho dan barongan, mengambil tokoh-tokoh dari seni budaya Jawa.
Baca Juga: Gebyuran Bustaman: Kesejukan Tradisi di Tengah Kota
“Kurang lebih filosofinya mengambil dari kisah wayang,” ungkap pengelola Paguyuban Turonggo Hesti, Daniel Zicho.
Menurut Daniel, para pemain merupakan generasi anak muda, maka pertunjukan Turonggo Hesti juga perlu mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, supaya bisa lebih mudah mengenalkan budaya Jawa ke masyarakat yang semakin berkembang.
Hal ini terlihat di beberapa pemain musik yang merupakan anak muda. Apalagi dua putri Hesti yang diperankan oleh dua anak kecil yang tampil sangat apik. Menurut Daniel, hal ini menjadi suatu kebanggan tersendiri. Selain itu, juga bisa menjadi nguri-nguri kabudayan.
Permainan musik juga tidak terpaku pada lagu-lagu wayang dengan alat musik klasik. Mengikuti perkembangan zaman, pertunjukan juga menggunakan alat musik modern seperti drum dan keyboard, serta menggabungkan lagu-lagu wayang yang klasik dengan lagu-lagu daerah yang familiar.
Pertunjukan luar biasa yang hampir berjalan selama satu jam itu ternyata membutuhkan waktu latihan yang sangat lama. Menurut Daniel, para pemain berlatih hampir selama satu tahun. Walaupun begitu, pertunjukan oleh Paguyuban Turonggo Hesti tidak menampik untuk terus mengembangkannya dengan mencari inspirasi-inspirasi dari sosial media, grup lain, kemudian dimodifikasi dan dikreasi untuk menampilkan ciri khas Turonggo Hesti.
Reporter: Muhammad Hasan
Editor: Karina Rahmadhani