Buy now

27 C
Semarang
Senin, November 25, 2024
spot_img

RENDAHNYA MINAT MEMBACA PARA SISWA DI INDONESIA

Ilustrasi Rendahnya Minat Membaca Para Siswa
Ilustrasi Rendahnya Minat Membaca Para Siswa, foto: pixabay.com

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang memiliki banyak sekali manfaat. Dengan membaca, kita bisa menambah informasi, menambah ilmu, menambah wawasan, dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam akan suatu objek tertentu. Namun, rendahnya minat membaca di Indonesia menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan.

Berdasarkan data UNESCO, minat baca orang Indonesia sangat rendah, yaitu hanya 0,001%, artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca. Sedangkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. Angka ini menunjukkan rendahnya minat literasi di Indonesia.

Rendahnya minat membaca pada siswa di Indonesia juga terdapat pada data yang sama yakni pada data Perpustakaan Nasional tahun 2021.

Berdasarkan data Perpustakaan Nasional tahun 2021, Indonesia memiliki 113.541 perpustakaan sekolah, yang menjadikan Indonesia sebagai pemilik perpustakaan sekolah terbanyak kedua di dunia setelah India. Bukti nyata yang menunjukkan bahwa minimnya budaya membaca para siswa di Indonesia yaitu sedikitnya jumlah pengunjung perpustakaan sekolah. Banyak sekali siswa yang lebih mementingkan gadget daripada buku-buku di perpustakaan.

Baca Juga: Seni Memaknai Kehidupan dari Film “Puss In Boots: The Last Wish”

Dalam mengerjakan tugas, misalnya, para siswa cenderung lebih memilih mengerjakan dari internet, dengan bantuan teknologi AI, atau yang lainnya yang lebih praktis ketimbang membaca buku di perpustakaan. Kenyataannya, hingga saat ini perpustakaan sekolah belum menjadi bagian penting dalam mendukung mutu pendidikan. Agaknya perpustakaan hanya sebatas fasilitas sekolah, yang tak lebih dari tumpukan buku yang ditata rapi namun sepi.

Dalam hal ini, penggunaan teknologi digital atau gadget membawa pengaruh besar bagi minat baca seseorang, terutama bagi para pelajar di Indonesia. Perkembangan teknologi pada zaman sekarang ini memang banyak membantu kehidupan kita, khususnya dalam bidang informasi dan komunikasi, tetapi dengan penggunaan gadget yang tidak tepat dan porsi yang berlebihan juga memengaruhi minat baca seseorang.

Studi yang didanai UNICEF dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menemukan bahwa 98% dari anak-anak dan remaja tahu internet, dan 79,5% di antaranya adalah pengguna internet. Hal ini dapat membawa dampak negatif jika terus dibiarkan. Kecanduan bermain internet bagi para siswa akan menyebabkan munculnya rasa malas, menurunnya prestasi, kurang disiplin dan menyepelekan waktu, juga berkurangnya minat terhadap buku.

Baca Juga: Pondok Pesantren Apik Tawarkan Minuman Olahan dari Pakcoy dalam Expo Kemandirian Pesantren 2024

Contoh lain yang menunjukkan minimnya minat baca siswa di Indonesia yaitu survei terbaru Bank Dunia pada tahun 2022. Dalam survei tersebut dijelaskan bahwa 51% anak-anak Indonesia kompetensinya masih sangat rendah, belum mampu secara literal, maupun secara numeral dalam hal literasi. Banyak juga siswa sekolah dasar yang belum bisa membaca dengan baik, bahkan ada yang hanya mengerti huruf-hurufnya saja. Miris sekali negeri ini, padahal anak-anak itu tinggal di kota, sekolah di kota, di sekolah yang bagus, mewah. Tetapi kemampuan membacanya rendah. Jika para siswa di daerah perkotaan saja masih banyak yang belum bisa membaca, bagaimana dengan anak-anak yang tinggal di daerah pelosok? Bisa jadi lebih parah sebab minimnya fasilitas dan akses pendidikan.

Rendahnya minat baca ini sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia. Dengan rendahnya minat baca, kita tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia, yang menyebabkan tertinggalnya bangsa Indonesia dari negara-negara lain.

Untuk meningkatkan minat baca bagi masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan pelajar, perlu beberapa upaya baik dari pemerintah, keluarga, sekolah, dan dari masing-masing pelajar di Indonesia. Maka diperlukan dukungan keluarga, bimbingan dan arahan yang diajarkan di sekolah. Selain itu, juga perlu memperhatikan fasilitas dan sistem pendidikan yang menarik dan memadai untuk meningkatkan minat baca para pelajar di Indonesia.

Baca Juga: Fenomena “Jualan Kelas” di Platform Medsos, Apakah Bukti Tidak Berhasilnya Pemerintah Menyelenggarakan Pendidikan yang Merdeka?

Penulis : C/ Zuhrotun Nisa
Editor  : Haqqi Idral

 

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[td_block_social_counter twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333" instagram="https://www.instagram.com/lpm_missi/?hl=en"]

terkini