SEMARANG,LPMMISSI.COM-Baru-baru ini Lpm Missi mengadakan “Survei: 99% Camaba UIN Walisongo keberatan harus membayar UKT”. Dari hasil survei tersebut, sebanyak 21 camaba dari 194 camaba yang mengisi survei memilih mundur setelah mengetahui besaran UKT yang harus dibayarkan.
Sema UIN Walisongo mengungkapkan turut prihatin apabila 21 Camaba tersebut pilih mundur karena mahalnya biaya pendidikan.
” sangat disayangkan, jika alasan 21 camaba mengundurkan diri karena mahalnya biaya pendidikan” Ucap M. Sholihul Muafiq Ketua Sema UIN Walisongo Semarang.
Senada dengan Sema, Dema UIN Walisongo juga menyayangkan hal tersebut apalagi pembiayaan jadi alasan utama camaba pilih mundur.
“Sudah dibebankan dengan biaya UKT yang tinggi ditambah dengan biaya mahad. Seharusnya 21 anak itu bisa kuliah di UIN Walisongo” kata Faris Balya, Ketua Dema UIN Walisongo Semarang saat diwawancarai kru LPM Missi.
Faris menuturkan Dema sudah melakukan berbagai hal salah satunya melalui audiensi Namun, hasil dari audensi tersebut diakuinya tidak membuahkan hasil apa-apa.
“Setelah PBAK, kami akan kembali melakukan upaya untuk menekan biaya pendidikan,” tambahnya.
Berbeda dengan Dema, M. Sholihul Muafiq, Ketua Sema UIN Walisongo Semarang mengatakan, upaya yang dilakukan Sema terkait alternatif tingginya nominal UKT telah membuahkan hasil yaitu berupa angsuran dan perpanjangan pembayaran UKT.
“Soal turun atau tidaknya kita tidak punya wewenang tersebut,” imbuhnya saat diwawancarai LPM Missi.
Lebih lanjut, Muafiq berharap adanya transparansi BKT (Biaya kuliah tunggal) agar lebih tau tentang UKT sesuai komponennya.
“Seakan-akan dijebak, ketika masuk harus bayar sekian juta”
Reporter: Ma’rifah Nugraha
Editor : febita Gita Reziana