Beberapa kelompok masyarakat dan eksekutif mahasiswa saat kegiatan September Hitam (sumber:lpmmissi.com:Haqqi)
SEMARANG,LPMMISSI.COM-September Hitam merupakan serangkaian kegiatan yang diinisiasi oleh beberapa kelompok masyarakat dan eksekutif mahasiswa di Kota Semarang. Kegiatan ini mengambil tema “Noktah Hitam Negara Atas Kemanusiaan” yang berlangsung selama 6 hari berturut-turut dari tanggal 23-28 September dan bertempat di Student Center Universitas Diponegoro (Undip).
Di hari pembukaan terdapat diskusi terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam sejumlah isu dengan menghadirkan beberapa narasumber. Masing-masing narasumber mempunyai bidang kajiannya tersendiri, dari sisi gender (LRC-KJHAM), media (Aliansi Jurnalistik Independen), dan lingkungan (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jateng). Dengan masing-masing narasumber yakni Nia, Iwan, dan Rizky Ryansah.
Masing-masing narasumber kompak memaparkan permasalahan terkait HAM di Indonesia, terutama di bidang yang mereka tekuni. Permasalahan ini meliputi kekerasan terhadap perempuan, kriminalisasi terhadap jurnalis, hingga tindak represif aparat kepada warga yang terdampak lingkungan hidupnya.
Panitia kegiatan, Annisa Paramita (Tata) menyebut kegiatan ini sebetulnya sudah direncanakan jauh-jauh hari di bulan Mei. Bahkan sebelumnya mereka (BEM Sospol Undip) berniat mengadakan di luar area kampus, namun karena beberapa kendala keamanan maka kegiatan disepakati dilaksanakan di dalam kampus.
Baca juga: Elegi Palestina : Ya Rafah
Selain itu ia bersama BEM Sospol Undip berkolaborasi dengan beberapa lembaga seperti LRC-KJHAM, Walhi Jateng, Aksi Kamisan, AJI Semarang, Maring, dan Pelita.
Tata menyebut diadakannya kegiatan ini bertujuan untuk merawat ingatan kasus-kasus HAM di Indonesia, yang hingga saat ini belum juga mendapatkan keadilan.
“Pertama mengenang, kedua mengawal isu pelanggaran HAM, dan ketiga kecerdasan (edukasi) kepada para mahasiswa,” tuturnya.
Tak sekadar kegiatan diskusi, September Hitam juga menggelar bazar buku, pameran, nonton bareng (nobar) film, dan terdapat pentas rakyat pada hari terakhir (28 September).
Tata berharap kegiatan semacam ini dapat memantik kesadaran mahasiswa terkait isu pelanggaran HAM di Indonesia. Hingga akhirnya para korban mendapatkan penanganan dan keadilan dari negara.
Di akhir kegiatan terdapat pembacaan pernyataan sikap dan aksi solidaritas kepada warga petani pakel di Banyuwangi, yang sebelumnya mendapatkan kriminalisasi dari aparat negara.
Reporter: Haqqi Idral dan Abdul Fatah
Editor: Aisha Veranda Kartika