
Termenung sejenak, kala tanah Pasundan menangis, merintik meminta dikasihani.
Terlintas harapan bertemu tambatan hati berjembatan oleh risalah cinta-Nya yang abadi
Tak ada trauma masalalu yang terpendam dalam raganya
Dia tinggalkan kisah lama dalam balutan lembut doa tulusnya.
Memulai kisah baru bersama meskipun badai kian ganas menerpa
Hingga hanya mencintai ku namun tak lebih dari mencintai-Nya begitu pula dengan rasul nya.
Baca juga: Elegi Palestina : Ya Rafah
Terimakasih ayah dan ibu,
doamu ayah meneduhiku,
Doamu ibu menyelamatkanku
Diantara upaya dan harapan yang dilangitkan, besar pula keinginan doa tuk terkabulkan
Karena ini satu-satunya upaya untuk pulih dari luka lalu yang masih ada
Pundakmu lah yang jadi sandaranku tuk berjalan bersamanu menuju surga milik-Nya.
Diantara deras hujan kota Pasundan, aku dibunuh oleh syair yang bermuara pada keabadian.
Penulis: Salima Nurul
Comments (1)
Lithania Tiara Agustinsays:
Maret 19, 2025 at 12:36 pmDeep banget ☺️