Buy now

26 C
Semarang
Senin, November 25, 2024
spot_img

Menyoal Aspek Sastra Hijau

IMG 20220322 WA0000

 

Perkembangan zaman mempengaruhi berbagai aspek keilmuan , baik agama maupun umum. Termasuk berkembangnya ilmu sastra di kalangan masyarakat saat ini. Eksistensi sastra kerap disandingkan dengan sebuah imajinasi atau khayalan. Meski demikian, bukan berarti sastra selalu mengungkap hal-hal yang tidak pernah terjadi atau mustahil. Sastra justru menjadi sarana atau media bagi penulisnya untuk menyampaikan makna dengan menggunakan metafora (kiasan) secara tertulis.

 

Dewasa ini, eksistensi sastra turut merambah ke ranah lingkungan (ekologi) atau yang bisa disebut dengan sastra hijau. Sastra hijau juga sebagai ekokritisisme (ecocritism), yang mana konsep ekologi dipadukan ke dalam sebuah karya sastra. Dana Philips mengemukakan, sastra hijau adalah karya satra yang banyak menggunakan bahasa berdiksi ekologis, isinya dilandasi dengan rasa cinta pada bumi.

 

Meminjam pernyataan dari Sastrawan Indonesia, Ahmad Tohari menyebut sastra hijau sebagai sastra imani, yaitu sastra yang mampu meningkatkan kesadaran bahwa hidup bergantung pada alam (bumi dan seluruh isinya). Gerakan sastra hijau sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun lalu, namun mulai gencar ditulis pada tahun 70-an di Brazil, Australia dan Amerika.

 

Sastra menjadi sarana dalam kampanye perawatan lingkungan karena kelebihan dari sastra sendiri ialah potensi ampuh dalam menyadarkan hati nurani manusia tanpa harus bernada menggurui atau propaganda yang bombastis. Sehingga, sastra dijadikan alternatif untuk menyuarakan peduli lingkungan.

 

Kini, sudah banyak kita temui karya sastra yang bernuansa ekologi, baik novel, puisi maupun cerpen. Ada pun beberapa contoh novel yang termasuk ke dalam sastra hijau, diantaranya Laut Bercerita karya Leila Salikha Chudhori, Aroma Karsa dan Partikel karya Dewi Lestari, Pejalan Anarki karya Jazuli Imam dan masih banyak lagi. Novel yang menyoroti isu lingkungan memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembaca.

 

Pada hakikatnya, kehadiran sastra hijau memang menjadi sebuah sarana kritik bagi para oknum atau pelaku yang merusak alam dan lingkungan. Karya sastra hijau itu sendiri berisikan pesan-pesan yang tertuang secara eksplisit maupun implisit. Sastra hijau hadir dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga alam sekitar.

 

Penulis: Mafriha Azida

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[td_block_social_counter twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333" instagram="https://www.instagram.com/lpm_missi/?hl=en"]

terkini