SEMARANG, LPMMISSI.COM – DEMA FITK UIN Walisongo mengadakan diskusi publik bertema mahasiswa skeptis dan apatis di tengah bayang-bayang penundaan pemilu dan deklarasi capres, Jumat (11/3).
Anggota Komunitas Oemah Dialetika, M. Farhan Ardi W. menyatakan politik seharusnya dapat menyejahterakan masyarakat. Pernyataan in terdengar sangat asing, karena dalam dunia pendidikan, politik dikenal sebagai cara untuk mencapai sebuah kekuasaan atau melanggengkan kekuasaan.
“Sudah seharusnya para pemimpin bisa membuat kesejahteraan pada masyarakatnya, tetapi politik zaman sekarang sangat jauh dari makna kesejahteraan” Ujarnya
Hal tersebut terbukti pada saat ini, tengah marak beredar isu mengenai penundaan pemilu 2024. Menanggapi isu seperti ini, mahasiswa diwajibkan untuk berpikir kritis.
Ia menambahkan, Mahasiswa dapat berperan dalam isu politik dengan berbagai cara. Pertama, sosialisasi ilmu artinya mahasiswa mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang politik. Kedua, dalam partisipasi politik, mahasiswa dapat menjembatani rakyat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Ketiga, perekrutan politik, di mana mahasiswa ikut dalam proses pemilu. Keempat, komunikasi politik artinya mahasiswa mampu untuk mengkomunikasikan suara rakyat.
Menurut Farhan, jika penundaan pemilu 2024 benar terjadi, demokrasi di Indonesia akan cedera.
Penundaan pemilu menyebabkan rawan terjadinya penumpang gelap dalam proses amandemen. Di sisi lain, belum ada konstitusi yang mengatur penundaan pemilu. Hal itu juga berdampak pada kekosongan jabatan yang akan menimbulkan konflik serta gejolak politik semakain besar.
Reporter : Ma’rifah Nugraha
Editor : Nadiyatur Rohmah