SEMARANG, LPMMISSI.COM – Majelis Musyawarah (board) Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Nur Rofiah, menyebut ada tiga pendekatan yang dilakukan KUPI untuk mewujudkan sistem kehidupan yang lebih adil, yakni mubadalah, ma’ruf, dan keadilan hakiki perempuan.
Hal itu ia sampaikan saat mengisi salah satu rangkaian acara Konferensi Internasional KUPI kedua, dalam Movement of Kupi: Paradigm, Methodology, and Approaches di Auditorium 2 UIN Walisongo Semarang pada Rabu, (23/11).
“Untuk mewujudkan sistem kehidupan yang lebih adil, ada 3 pendekatan yang dilakukan oleh KUPI, yaitu pendekatan mubadalah, ma’ruf, dan keadilan hakiki perempuan,” ucapnya.
Menurutnya, konteks pergerakan KUPI dalam pendekatan mubadalah ialah memastikan perempuan termasuk dalam nilai dan prinsip dasar universal islam.
Sementara itu, pendekatan ma’ruf dilakukan dengan mempertimbangkan konstitusi negara Indonesia dan pengalaman kemanusiaan perempuan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Hal itulah yang akan mendasari adanya pendekatan ketiga.
“Penting mempertimbangkan pengalaman kemanusiaan khas perempuan yang tidak dimiliki laki-laki sebagai manusia. Minimal 2 pengalaman, yakni reproduksi dan sistem sosial yang patriarki,” kata Nur Rofiah.
Ia mengatakan ketidakadilan tidak boleh mengandung kedzoliman pada siapapun dan atas nama apapun. Ia meminta agar tidak menganggap bercerita pengalaman kemanusiaan perempuan sebagai hal yang tabu. Karena semakin dianggap tabu, maka semakin tidak diketahui dan tidak dipertimbangkan.
Ia turut mengajak peserta untuk memperkuat apa yg sudah dirumuskan oleh KUPI.
“Semoga peradaban yang berkeadilan mendudukkan laki-laki dan perempuan sebagai manusia dan subjek seutuhnya bisa segera terwujud di Indonesia maupun di negara lainnya,” tuturnya.
Reporter: Indah Wulan Sari
Editor: Oktaviani Elly M
