![]() |
Foto: lpmmissi.com/ Khabib Zamzami |
SEMARANG, LPMMISSI.COM – Meski panasnya terik matahari, tak menghalangi masyarakat Tambak Lorok untuk memeriahkan acara sedekah bumi dan laut. Mereka berbondong-bondong membawa makanan hasil bumi dari sisi-sisi desa menuju pesisir laut dengan wajah sumringah.
Puluhan tapak kaki turut memadati sempitnya jalan Desa Tambak Lorok siang itu. Asap kendaraan pun tak kalah saing berjejer di tepi jalan yang membuat jalanan makin terlihat sempit.
Berbagai kalangan dari mulai anak-anak hingga lanjut usia menghiasi jalanan Desa Tambak Lorok. Ada yang sibuk dengan aktivitasnya ada pula yang hanya mondar mandir ikut memenuhi jalanan.
Tambak Lorok merupakan nama desa di Kota Semarang yang memiliki ciri khas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Desa yang minim dengan pepohonan ini terletak di sebelah utara pusat Kota Semarang.
Baca juga: Sedekah Bumi dan Laut Wujud Syukur Kepada Ilahi
Desa ini masih kental dengan adat nenek moyang yang mengatakan bahwa untuk mensyukuri nikmatnya perlu diadakan ritual secara rutin seperti sedekah bumi dan laut. Ritual yang sudah hampir terlaksana setiap tahun ini sangat menjadi ikon bagi masyarakat Tambak Lorok.
“Untuk bersyukur kepada Allah dimana dengan alam ini mampu membantu para nelayan mencari rezekinya dan dengan diadakannya sedekah ini diharapkan mampu memberikan keselamatan bagi para nelayan dalam mencari rezekinya,” tutur Ketua Panitia Sedekah Bumi dan Laut, Imam Sucipto Minggu (28/7).
Acara inti dari ritual ini adalah meluruhkan kepala kerbau dan hasil bumi lainnya ke laut. Tradisi ini bertujuan untuk menggambarkan rasa syukur mereka atas rezekinya yang tak lain dari kekayaan laut. Serta sebagai perwujudan memohon keselamatan bagi para nelayan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Baca juga: Euforia Tradisi Sedekah Laut dan Bumi
Kegiatan keseharian yang tak lepas dari sepetak rangkaian kayu dengan dilengkapi mesin bakar ini menjadi rutinitas utama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Tambak Lorok. Seperti data yang diperoleh Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Slamet Ari Nugroho, jumlah nelayan paruh musim yang ada di Tambak Lorok kisaran 745 nelayan.
Penghidupan keseharian Desa Tambak Lorok tak menjadi alasan untuk mereka beralih dan bergelut dengan mata pencaharian yang lain. Terlihat nyata dari semangat masyarakat Tambak Lorok yang terus melestarikan dan menjadikan laut sebagai sumber kehidupannya.
Bahkan sampai saat ini, pengorbanan Desa Tambak Lorok dengan adanya ritual rasa syukur kepada Tuhan masih terus berlanjut dengan harapan agar selalu diberi kemudahan dan keselamatan.
Ketua Panitia acara sedekah bumi dan laut, Imam Sucipto juga mengatakan eksisnya ritual sedekah bumi dan laut ditujukkan untuk mengenalkan kepada dunia luar bahwa Tambak Lorok merupakan kampung bahari yang nantinya dari pihak domestik dapat dijadikan sebagai tempat wisata.
Reporter: Nainna Noor Halisha
Editor: Ika Ayu