Nick Mars - Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Minima incidunt voluptates nemo, dolor optio quia architecto quis delectus perspiciatis. Nobis atque id hic neque possimus voluptatum voluptatibus tenetur, perspiciatis consequuntur.

Tumpeng Songo, Tradisi Filosofis Masyarakat Demak di Malam 10 Dzulhijjah

Tumpeng Songo, Tradisi Filosofis Masyarakat Demak di Malam 10 Dzulhijjah (doc: hasan)

DEMAK, LPMMISSI.COM- Malam hari itu (5/6/2025), serambi Masjid Agung Demak dipenuhi orang-orang berpakaian putih, duduk menghadap kiblat, berhadapan dengan banner “Pengajian Grebeg Besar Idul Adha 1446 H”. Beberapa masyarakat lainnya duduk di halaman Masjid, ada yang diatas tikar, di tepi pot, atau di kursi yang ada di dekat gerbang.

Sekitar 450 meter dari Pendopo Kabupaten Demak, acara Tumpeng Songo resmi dimulai pukul 20.26 setelah dinyatakan siap oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Demak, Bapak H. Ahmad Sugianto, ST., MT.

Iring-iringan Tumpeng Songo kemudian berangkat ke Masjid Agung setelah resmi dimulai dengan bacaan basmallah oleh PLH. Bupati Demak, Muhammad Badrudin, M.Pd.

Tumpeng Songo kemudian diarak ke Masjid Agung Demak dengan sebuah barisan yang telah diatur. Foreder polres di bagian paling depan. Di sisi kanan dan kiri, anak-anak pramuka bergandengan tangan menghalangi warga supaya tahu batasan dan tidak ada yang menerobos. Di bagian belakang, warga-warga turut serta menggiring Tumpeng Songo menuju Masjid Agung Demak. Dari Masjid Agung sendiri, tim sholawat menyenandungkan sholawat menggiring perjalanan Tumpeng Songo.

Baca juga: Dari Kampus untuk Desa: KORDAIS 40 Tahun Mengabdi, Menyatu dengan Masyarakat

Sampai di depan gerbang utama Masjid Agung Demak, iring-iringan berhenti. Mereka melakukan ritual pemberian Tumpeng Songo dari Pemerintah Demak kepada Takmir Masjid Agung, sebagai makna pemberian raja kepada rakyatnya.

“Tumpeng Songo dalam rangkaian Grebeg Besar adalah manifestasi yang menghubungkan masa lalu dengan masa lampau. Tradisi ini sudah ada sejak 1506 Masehi.

Tumpeng Songo memiliki makna filosofis yang sangat mendalam. Sembilan berarti kesempurnaan spiritual dalam tradisi Jawa, sembilan tubuh manusia yang dijaga kesuciannya, dan sembilan sebagai penghormatan kepada Walisongo,” ucap Ika Ayu yang membacakan sejarah Tumpeng Songo.

Setelah penyerahan Tumpeng Songo dari Bapak Badrudin, M.Pd., sebagai PLH Bupati Demak kepada Ketua Takmir Masjid Agung Demak, Dr. KH. Nur Fauzi S.Ag., M.Pd.I., arak-arakan kembali bergerak menuju serambi masjid. Di sana akan dilangsungkan pengajian Idul Adha, mendoakan Tumpeng Songo, kemudian tumpeng dibagikan kepada masyarakat.

Reporter : Muhammad Hasan
Editor: Nur Iffatul Ainiyah

LPM Missi:

This website uses cookies.