Nick Mars - Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Minima incidunt voluptates nemo, dolor optio quia architecto quis delectus perspiciatis. Nobis atque id hic neque possimus voluptatum voluptatibus tenetur, perspiciatis consequuntur.

Satrio, Mahasiswa UIN Walisongo yang Ikuti Asian Para Games 2018

SEMARANG, LPMMISSI.COM – Satrio Choirul Usman, mahasiswa semester sembilan UIN Walisongo Semarang berhasil bergabung dalam Tim Nasional (Timnas) Goalball pada perhelatan Asian Para Games 2018 di Jakarta pada 6 -13 Oktober 2018.

Goalball merupakan olahraga yang dikhususkan untuk para tuna netra. Beranggotakan tiga orang pemain untuk penjaga gawang berukuran 9m x 1.3m. Setiap pemain wajib memakai penutup mata untuk menghindari lemparan bola, sehingga pendengaran menjadi kunci utama dalam olahraga ini. 

Bermula dari hobi, membuat Satrio mencoba peruntungannya sebagai atlet. Meski bermodal perlengkapan ala kadarnya karena keterbatasan biaya, Ia tetap berlatih dengan serius untuk berlaga di setiap turnamen goalball.

“Dulu pernah karena enggak punya uang tapi mau tanding, jadi beli sepatu murah-murah yang harganya Rp. 20.000 pernah juga pinjam temen terus sepatunya jebol,” ungkap Satrio melalui pesan singkat WhatsApp.

Baca juga: FDK Cetak Sejarah Baru di Orsenik 2018

Berbagai turnamen telah Ia lakoni. Mulai dari Wonososbo cup, Piala Bupati Kebumen hingga Sahabat Mata Cup yang diselenggarakan setiap tahun.

Melihat beberapa temannya yang sudah bergabung dalam Timnas, membuat Satrio bertekad mengikuti seleknas (seleksi nasional) untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya. Kerja kerasnya membuahkan hasil diterima sebagai anggota Timnas Goalball.

“Ada beberapa teman yang sudah masuk Timnas, jadi dari situ punya keinginan untuk bener-bener jadi pemain Timnas. minimal joging seminggu tiga kali, terus latihan di lapangan rumput, latihan fisik, banyak lah. Sampe ujungnya ada seleknas, awalnya mikir enggak mugkin bisa masuk Timnas, alhamdulillah ternyata kepanggil untuk pelatnas (pelatihan nasional),” paparnya.

Pria yang pernah aktif sebagai kru LPM MISSI ini mengaku, awalnya sedikit kesulitan menyesuaikan diri dengan para rekannya dalam pelatihan nasional (pelatnas).

“Karena baru pertama kali, saya harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan. Terus perlengkapan juga, temen-temen yang lain kan udah pada siap tapi saya belum. Kebanyakan masalah penyesuaian sih,” jelas pria asli kelahiran semarang.

Pelatnas yang bertempat di Solo mengharuskannya cuti dalam perkuliahan selama dua semester, padahal sebelumnya ia sudah pernah mengambil satu kali cuti, sehingga tercatat tiga kali. Sedangkan dalam peraturan kampus hanya membolehkan mahasiswa maksimal dua kali cuti. 

“Jadi tergantung kebijakan kampus, kalau misalkan boleh ya lanjut lagi. Pengennya kuliah lanjut, atlet juga. Tapi Kalo enggak bisa ya sudah,” ujarnya pasrah.

Meskipun masih belum berhasil menyumbangkan medali untuk kontingen Indonesia pada Asian para Games 2018, Satrio bersyukur sudah dipercaya mewakili Indonesia dan berkesempatan bermain dengan lawan-lawan dari negara lain, sebagai bahan pembelajaran. Ia juga berharap bisa tampil lebih maksimal pada Sea Games Filipina tahun depan.

Reporter : Irmadana  Aini 
Editor : Hijriyati Nur Afni

LPM Missi:

This website uses cookies.