Namanya Yo Kim Tjam. Putera dari pasangan Yo Sin Seng dan Sim Pipi Nio ini lahir di Garut tahun 1899. Meski namanya kurang mahsyur di telinga masyarakat Indonesia, siapa sangka ia merupakan salah satu tokoh berjasa yang membantu terciptanya lagu Indonesia Raya. Ibarat kata, jika W.R. Supratman koki yang meracik lagu kebangsaan Indonesia itu, Yo Kim Tjam yang memasaknya menjadi keping CD.
Pada tahun 1927 banyak perusahaan rekaman di Indonesia kalang kabut karena Belanda telah mengendus gerakan bawah tanah yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Indonesia sebagai upaya mewujudkan kemerdekaan. Imbasnya, tidak ada yang bersedia menerima permintaan W.R. Supratman untuk merekam lagu Indonesia Raya. Hanya Yo Kim Tjam (YKT) yang berani menerima permintaan tersebut.
Kebetulan Yo Kim Tjam yang merupakan sahabat WS Supratman memiliki studio rekaman yang diberi nama NV Populair. Berkat bantuannya, lirik dan lagu Indonesia Raya mampu tersebar luas ke beberapa pertemuan pemuda. Lagu ini juga dimuat di surat kabar Sin Po edisi November 1928. Sin Pomerupakan surat kabar etnis tionghoa pertama yang berjasa menyebarkan lirik-lirik lagu Indonesia Raya. Semula lagu ini berjudul Indonesiabukan Indonesia Raja maupun Indonesia Raya. Menurut Benny Santoso dalam buku Tionghoa dalam Pusaran Politik (2003), WR Supratman sempat menjadi jurnalis di media tersebut.
Setelah berhasil direkam, lagu Indonesia Raya kemudian dibuat salinannya dalam kemudian dikirim ke luar negeri untuk direkam dalam piringan hitam agar kualitas suaranya lebih baik. Piringan hitam itu saat ini masih disimpan oleh keluarga Yo Kim Tjan. Ada juga informasi yang menyebutkan bahwa lagu Indonesia Raya digandakan dalam piringan hitam oleh Firma Tio Tek Hong pada 1929. Bahkan, kabarnya perusahaan piringan hitam Lokananta di Surakarta juga membuat piringan hitam lagu-lagu ciptaan WR Supratman, termasuk rekaman lengkap Indonesia Raya tiga stanza.
Menurut Oerip Kasansengari, kakak ipar WR Soepratman, dalam bukunya Sedjarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raja (1967), setelah diajang Sumpah Pemuda, lagu Indonesia Raya untuk pertama kali dinyanyikan lagi dengan menggunakan refrain aslinya pada 9 Maret 1942, ketika Jepang menaklukkan tentara Belanda. Refrain asli itu berbunyi ”Indoneis, Indoneis, Merdeka, Merdeka”. Sementara menurut Remy Silado, ada rekaman lagu Indonesia Raya yang berumur 78 tahun. Rekaman itu berupa piringan hitam berdurasi 78 rpm dan dibuat perusahaan rekaman Ni Hu Kong di Hong Kong. Kemudian sekitar tahun 1944 beredar kabar bahwa lagu Indonesia Raya dibuatkan video klip tiga stanza yang berdurasi 3 menit 49 detik yang diproduksi Chuuoo Sangi-In atau semacam lembaga DPR saat itu.
Memang pada tahun tersebut dibentuk Panitia Lagu Kebangsaan Indonesia yang diketuai Bung Karno dengan anggota di antaranya Koesbini dan C Simandjuntak. Selanjutnya panitia menetapkan stanza pertama yang dijadikan lirik resmi Indonesia Raya seperti kita gunakan sekarang. Dua stanza lain agaknya diabaikan panitia. Meski demikian, masih ada berbagai kalangan yang menyanyikan dua stanza lainnya. Berikut adalah lirik lagu Indonesia Raya versi tiga stanza:
Stanza 1
(versi resmi Pemerintah, ditetapkan dengan PP44/1958)
Indonesia Tanah Airku Tanah Tumpah Darahku
Disanalah Aku Berdiri Jadi Pandu Ibuku
Indonesia Kebangsaanku Bangsa Dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu
Hiduplah Tanahku Hiduplah Negeriku
Bangsaku Rakyatku Semuanya
Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku Negeriku yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 2
(tercakup PP 44/1958)
Indonesia Tanah Yang Mulia Tanah Kita Yang Kaya
Disanalah Aku Berdiri Untuk Slama-lamanya
Indonesia Tanah Pusaka Pusaka kita Semuanya
Marilah kita Mendoa Indonesia Bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah Jiwanya
Bangsanya Rakyatnya Semuanya
Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Stanza 3
(tidak tercakup PP44/1958)
Indonesia Tanah Yang Suci Tanah Kita Yang Sakti
Disanalah Aku Berdiri Menjaga Ibu Sejati
Indonesia Tanah Berseri Tanah Yang Aku Sayangi
Marilah Kita Berjanji Indonesia Abadi
Slamatkan Rakyatnya Slamatkan Puteranya
Pulaunya Lautnya Semuanya
Majulah Negerinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Tanahku Negeriku Yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya dan Keroncong
Salah satu sejarawan Des Alwi mengatakan bahwa terdapt dua versi rekaman lagu Indonesia Raya dalam piringan hitam. Versi pertama yang diiringi biola dan suara WS Supratman. Kedua, lagu Indonesia Raya versi keroncong yang di masing-masing piringan bertuliskan “Indonesia Raja” dimainkan Popular Orchest dan bagian atas tertulis Britnish Made Electric Recording. Yo Kim Tjam sengaja menyelundupkan piringan master versi keroncong ke negeri Britania Inggris. Di sana digandakan juga rekaman ‘lndonesia Raya’. Alasan keroncong dipilih adalah karena jenis musik itu populer dan akrab di kelas terpelajar di Hindia-Belanda sehingga dianggap mudah untuk mengenalkannya.
Akhirnya, “Indonesia Raya” pun disembunyikan jadi bagian album keroncong orkes popular milik Yo Kim Tjam. Lagu-lagu di album tersebut diselipkan di antara lagu-lagu bodoran dosblang I-IV, Bodoraan Tjipoet I-IV, Lalakon Sarkawie I-VIII. Saat itu lagu Indonesia Raya menjadi lagu paling populer pada album ke-sembilan dengan musik keroncong. lagu tersebut disimpan oleh Yo Kim Tjam menuruti pesan WR Supratman kepadanya untuk menyimpan lagu-lagu tersebut sebagai lagu kemerdekaan “Indonesia Raya”.
Kini rekaman lagu “Indonesia Raya” bisa diselamatkan dan didengungkan warga Indonesia kepada dunia. Peran Yo Kim Tjam dan keluarga tidak bisa dilupakan begitu saja, begitu besarnya pengorbanan mereka membuat lagu ini begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Sepatutnya kita berterimakasih kepada Yo Kim Tjam yang telah sudi merekam lagu kebesaran bangsa ini sebab dahulu untuk merekam lagu Indonesia Raya resikonya tidaklah enteng. Semoga di ulang tahun Indonesia ke-72, Yo Kim Tjam masih tersenyum melihat bangsa Indonesia yang sampai saat ini berjuang untuk mempertahankan keanekaragaman dalam persatuan, seperti tionghoa Yo Kim Tjam dan WR Supratman yang berdarah Indo Eopa menjadi satu membuat dan memproduksi lagi Indonesia Raya.
Oleh: M. Dafi Yusuf
`