Sumber foto:pinterest
Lebaran kurang lengkap rasanya jika tidak didampingi dengan kudapan khasnya. Menu makanan lebaran selalu jadi salah satu yang ditunggu saat perayaan Idul Fitri. Berbagai jenis makanan akan melengkapi semaraknya Hari Lebaran dengan berkumpul bersama keluarga tercinta.
Beberapa menu makanan lebaran seperti ketupat dan opor ayam mungkin seringkali kita jumpai. Akan tetapi, pernahkah kamu berpikir mengapa ketupat dan opor ayam selalu menjadi identitas makanan khas lebaran?. Nah, berikut ini akan kita sajikan makna filosofis dari lima makanan khas lebaran.
1.Ketupat
Makna ketupat berasal dari bahasa Jawa yang berarti Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku Lepat artinya adalah mengakui kesalahan dan Laku Papat berarti empat tindakan. Empat tindakan ini adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran memiliki arti berakhirnya waktu puasa. Luberan berarti melimpahnya harta yang harus disedekahkan kepada fakir miskin seperti melakukan zakat fitrah. Yang ketiga ada leburan yang diartikan dengan meleburnya dosa dan kesalahan karena umat Islam harus saling memaafkan. Sedangkan yang terakhir adalah laburan dengan arti kapur yang menandakan bahwa manusia harus menjaga kesucian lahir dan batinnya setelah Ramadan berakhir.
2.Opor Ayam
Hal tersebut mampu menjadi sebuah kombinasi yang diyakini sebagai lambang permintaan maaf yang tulus, untuk memperbaiki kesalahan dengan hati yang putih serta suci.
Sumber foto:pinterest
3.LepetSama halnya dengan ketupat, lepet juga berbahan dasar nasi dan dibungkus anyaman daun kelapa. Tetapi yang membedakannya dengan ketupat adalah bentuk lepet yang memanjang.
Makna lepet berarti Silep Kang Rapet yang artinya dikubur rapat-rapat. Maksudnya adalah kesalahan–kesalahan yang telah lalu hendaknya ditutup rapat dan tidak usah diungkit kembali.
4.Apem
Filosofi kue apem bersal dari bahasa Arab yaitu Afwun yang berarti maaf. Bagi orang Jawa, akan sulit untuk mengucapkan dengan dialek arab, maka dari itulah kata afwun menjadi apem.
5.Lontong
Arti lontong adalah olone dadi kothong artinya jeleknya menjadi kosong atau hilang. Dalam makna lain, lontong juga menjadi tanda bahwa segala dosa telah diampuni. Segala kesalahan menjadi nol atau kosong karena telah saling meminta maaf.
Penulis: M Zaky Ramadhani