Di zaman modern seperti sekarang ini, sebagai efek samping dari perkembangan tehnologi yang sangat pesat, sangat mudah di temukan berbagai alat komunikasi seperti hp, smarthphone dan berbagai gadget lain berada di setiap tangan tangan orang di sekitar kita. Tidak cukup hanya satu, sebagian dari kita memiliki dua atau tiga gadget sekaligus. Bukan hanya kita, adek-adek kita pun demikiian, masih memiliki umur yang belia sudah tahu apa itu hp, facebook dan segala macam hal yang berhubungan dengan dunia maya.
Dari perkembangan tehnologi yang sepesat itu memang ada dampaknya, baik itu positif maupun negatif. Kalau positif nggak akan saya bahas karena selagi dampak yang bernilai positif tidak akan ada masalah. Namun, yang membuat kita harus berfikir sedikit mendalam adalah tentang dampak yang bernilai negatif pada anak-anak kita kelak.
Anak-anak dan adek-adek kita yang ada di rumah sudah tahu bagaimana membuka hp, membuka internet, dan browsing di dunia maya. Hal yang positif jika itu digunakan sebagaimana mestinya. Namun, kita sulit untuk tahu bahwa yang anak-anak kita bisa membentengi dirinya.
Peran orang tua begitu sangat penting bagi anak. Media televisi mungkin ada KPI yang bisa memfilter informasi dan tayangan yang disampaikan. Tapi, sekalipun sudah ada KPI juga masih ada saja yang kecolongan, dan itu tidak sedikit. Sedangkan ketika kita membuka internet, yang menjadi filter buat kita ya hati nurani kita sendiri. Termasuk anak kita. Yang mencengangkan, dengan umur yang masih selabil itu seolah kita percaya bahwa apa yang anak-anak kita akses adalah hal yang positif 100%. Maka sudah sepantasnya peran orang tua menjadi hal pertama dan utama untuk membentengi kepolosan dan kelabilan mereka.
Di zaman sekarang ini, siapa si yang nggak anaknya ditinggal di rumah? Bapaknya kerja, ibunya kerja. Anaknya di rumah sendirian. Atau kalau nggak, dititipin di tetangga atau juga baby sitter.
Padahal, yang namanya anak itu nggak mau tahu kalau ibunya kerja nyari duit buat dia. anak itu nggak tahu kalau ibunya nyari duit buat beli susu dia. Anak itu nggak tahu kalau ibunya keluar demi dia.
Yang anak tahu adalah
“Siapa yang ada di samping aku, siapa yang mau menimang-nimang aku, siapa yang bakalan menyusui aku, siapa yang bakalan mengganti popokku, siapa yang bakalan datang dan mengatakan ‘cep cep cep’ dengan perhatiannya ketika aku merengek menangis”
Kalau dipikir-pikir, ketika ibu mengandung dengan susah payah, melahirkan dengan rasa yang tentu sakit setengah mati, apa ibu rela membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain? Apa ibu itu rela melewatkan golden moment bersama anaknya di umur yang masih sebalita itu? Apa ibu itu mau membiarkan anaknya lebih mengenal orang lain, baby sitternya sebagai orang yang selalu ada di sampingnya?
Kalau baby sitter mengasuh atas dasar materi dan upah. Terjamin dari pengaruh negatif dari sekitarnya atau nggak, ya nggak tahu. Yang penting dia nemenin, ngasih makan dan ngganti popok. Tidak jarang juga, banyak kabar kalau baby sitter itu memberikan anak asuhnya obat tidur, ya biar nggak rewel dan ngrepotin. Baby sitter mengasuh karena itulah profesinya. Berbeda dengan ibu, ketika ia mengasuh, hanyalah rasa kasih sayang yang ia berikan. Rasa sayang yang 100% ia berikan dalam membesarkan darah dagingnya agar menjadi manusia yang sebagaimana mestinya.
Segala hal tebaik yang dimiliki ibu akan diberikan kepada anaknya. Uang jajan, kebutuhan sandang, waktu, tenaga dan segala kasih sayang yang ada, bakalan dicurahkan tanpa sisa kepada anak-anaknya. ketika kita jatuh sakit, ibu tidak akan pernah bilang “kamu sakit mulu?! ngrepotin tahu!” bahkan ia akan terlihat lebih perhatian kepada anaknya.
Itulah, betapa mulianya Ibu. Ibu adalah pendidik pertama dan utama generasi berikutnya. Dan peradaban suatu kaum ada pada tangan wanita. Seperti misalnya zaman sebelum nabi, saat itu wanita dianggap sebagi aib, wanita diperjual belikan, sebingga tidak heran ketika zaman itu disebut sebai zaman jahiliah. Begitu pun sekarang, kalau kaum ibu bisa menempatkan posisi yang seharusnya. Mulialah bangsa kita.
Masih ingatkah ketika kita pamit kepada orang tua ketika akan meninggalkan rumah berangkat kuliah? “minta doanya ya Bu” “ya, ibu do’akan”. Anak yang menghormati ibunya, dan ibu yang ridho pada anaknya. Percayalah. Ketika itu pula, ribuan malaikat menyingsingkan lengan bajunya dan berkata “kami siap mengantarkanmu pada kesuksusesan”. Orang tua kalau kata Ahmad Rifa’i Rifan disebut sebagai Manusia Keramat. Kenapa keramat gitu? Ya karena ridho mereka adalah ridhonya Allah. Apa yang terbesit dalam hati orang tua bisa jadi kenyataan. Kalau orang tua ridho. Ya Allah juga ridho. (Abbas)