Buy now

33 C
Semarang
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Wisudawan Terbaik FDK itu Ternyata Nyaris Gagal Wisuda

Foto Bersama Kedua Orangtuanya: Korie Koriah sedang melakukan sesi foto bersama kedua orangtuanya setelah selesai melakukan ceremonial upacara wisuda di halaman Auditorium dua kampus III UIN Walisongo Semarang, Rabu (7/03).

SEMARANG, LPMMISSI.COMSeuntai senyum tak hentinya tersungging di wajah Korie Khoriah, Rabu (07/03). Gadis manis asal Cirebon itu akhirnya resmi menyandang status sebagai Wisudawati di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Ia bahkan berhasil lulus sebagai wisudawati terbaik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,91. Tidak berhenti sampai di situ saja, skripsinya yang berjudul “Clickbait dalam Praktik Pemberitaan di Tribunnews.com” itu juga berhasil menggondol predikat sebagai skripsi terbaik.

Baca Juga: Sewa Tempat Terlalu Mahal, Pedagang Kecewa

Senyumnya semakin mengembang, tatkala namanya kembali dipanggil mewakili para wisudawan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata diatas podium kehormatan Hotel Candi Indah saat pelepasan calon wisudawan FDK Periode Maret 2018. Dalam sambutannya ia mengingatkan kembali kepada seluruh wisudawan bahwa alih-alih telah selesai, perjuangan mereka yang sesungguhnya justru baru akan dimulai.

“Sekarang pertanyaan yang harus dijawab bagi kita para wisudawan adalah apakah kita benar-benar sudah siap mempertanggung jawabkan apa yang telah kita lalui selama menempuh pendidikan di kampus,” kata-kata yang meluncur dari lulusan SMA N 1 Lemah Abang itu disambut tepuk tangan meriah seisi ruangan.

Korie Khoriah, Wisudawati terbaik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Walisongo Semarang dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,91.

Sederet prestasi yang ia peroleh, tak pelak semakin melambungkan namanya di dunia akademik. Namun siapa sangka, jika domisioner Pemimpin Redaksi (Pemred) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Missi periode 2016 itu ternyata nyaris gagal wisuda di detik-detik terakhir.

Prestasi yang ia peroleh tidak diraihnya dengan mudah, untuk menjadi seperti sekarang ini tidak seperti membalikkan telapak tangan, semuanya butuh perjuangan dan kerja keras. Pahit, manis menjadi bumbu yang semakin menambah haru biru kisah perjuangannya dalam menyelesaikan jenjang perkuliahan.

Ceritanya bermula saat perempuan kelahiran Jakarta, 1 Juni 1995 ini sedang berjuang untuk menyelesaikan skripsinya. Ia justru jatuh sakit, sebelum batas pendaftaran wisuda ditutup, Jumat, (12/01).

“Sekitar sepuluh hari sebelum wisuda saya terserang sakit, tidur terus nggak bisa ngapa-ngapain. Setelah beberapa hari sakit, saya sudah mulai bisa bangun dan ngerjain namun tidak maksimal karena lima menit ngerjain 30 menit tidur, sehingga tidak efektif waktunya dan kepotong,” ungkapnya mengisahkan.

Ia sudah pasrah dengan keadaan yang menimpanya, deadline pendaftaran yang sudah di depan mata membuatnya pesimis bisa lulus semester ini juga.

“Habis subuh saya sms ibu minta doa restu, kalau beliau lagi sholat dhuha didoain agar diberi kemudahan,” terang dia.

Korie menceritakan bagaimana reaksi ibunya mendoakannya dengan tulus ketika mendengar permintaan putrinya. Jika biasanya saat berdoa tidak sampai meneteskan air mata, namun hari itu tak terasa air mata sang bunda menetes tatkala mendoakan putri sulungnya. Baginya itu adalah hari yang paling mengharukan dalam hidupnya.

Lima hari berlalu, namun skripsi yang ia buat masih jauh dari kata selesai. Tak henti-hentinya dia berihtiar dan berdoa setiap malam, hingga akhirnya doanya terkabul. Secara ajaib pada Rabu (17/01), dia mendapatkan kabar yang memberitahukan bahwa batas pendaftaran Munaqosah diperpanjang hingga 19 Januari.

Sejak itu juga ia bergegas melanjutkan mengerjakan skripsinya,”Saya lembur sampai pagi buat ngerjain skripsi, supaya besoknya bisa saya mintakan persetujuan ke pembimbing II, terus lanjut ke pembimbing I,” ujarnya sembari mengingat kembali saat-saat paling menentukan dalam hidupnya.

Keesokan harinya ia menemui pembimbing II, Setelah di cek bisa di setujui, seketika itu juga Korie bergegas menemui pembimbing I, tapi ternyata beliau tidak berada di tempat. Korie belum menyerah, ia berniat untuk menemuinya kembali keesokan harinya.

Pagi itu, Jumat (19/01) langit tampak cerah, dengan langkah perlahan putri pasangan Duhri dan Runingsih itu berangkat dari kos menuju ruang pembimbing I, keadaan fisik yang belum benar-benar sehat tidak menyurutkan langkahnya meski harus berjalan dibawah teriknya matahari. Saat  itu dosen yang menjadi pembimbing I sedang menguji munaqosah di ruang sidang. Ia harus menunggu pembimbing I selesai menguji sekitar pukul 10.00 siang.

“Beliau bertanya, kamu yakin nggak,karena kamu belum pernah bimbingan sama sekali. Saya pun menjawab  yakin. Lalu beliau bilang yasudah saya tanda tangani, tapi kamu tanggung jawab dengan sekripsimu ya,” ceritanya lirih.

Ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, begitu pula dengan nasib Korie hari itu, Tidak dapat diduga, Korie yang awalnya pesimis dengan kondisi dan keadaan yang sepertinya mustahil, tiba-tiba saja seperti mendapat segunung emas. Bagaimana tidak, hanya dalam sekejap dia sudah mendapat restu dari dua pembimbing sekaligus.

“Alhamdulillah pukul 11.00 siang sudah mendapat dua acc,” ujarnya sembari tersenyum.

Waktu bergulir semakin cepat, ia harus bekejaran dengan waktu. Sementara itu beberapa persyaratan seperti berkas-berkas dokumen, foto dan kelengkapan administrasi belum ia penuhi. Sedangkan pukul 15.00 tepat munaqosah ditutup. Bahkan, ia belum menyempurnakan beberapa bagian isi skripsinya.

”Setelah pulang ke kosan, sekitar pukul 13.00 siang saya pergi ke foto studio, tapi nggak punya kerudung warna putih. Minjem-minjem di kos nggak ada yang punya, terus akhirnya beli kerudung buat foto munaqosah,” tuturnya tegang.

“Pukul 14.30 baru ke fotocopy ngeprint, itu sudah hampir pukuil 15.00 pas penutupan dan belum dapat nilai bimbingan Akhirnya bolak-balik dan telat, tapi alhamdulillah pihak fakultas mau menerima dan mau di tunggu hingga pukul 16.30. Saya jadi pendaftar terakhir munaqosah di FDK, ujiannya juga terakhir tanggal 31,” kenangnya.

Semua pengorbanannya akhirnya tidak sia-sia, karena ia akhirnya berhasil lulus dengan prestasi yang cukup membanggakan.

Dalam hidupnya, ia memiliki prinsip yang sangat kuat yang selalu ia pegang yakni kepercayaan yang tinggi terhadap Tuhan.

Baca Juga: Jadwal Wisuda Tabrakan dengan Kuliah, Khusnul Kaget

“Pesen buat temen-temen agar semangat mengerjakan skripsi dan wisuda, inget orang tua, berdoa, dan belajar. Jangan menyerah hanya karena pembimbing susah di temui, jangan menyerah misalkan pembimbing terlalu banyak persyaratan. Di hadapi saja nanti juga ada jalannya, toh Allah tanggung jawab sama kita. Udah diciptain masak kita tidak diurusin sama Allah,” tegasnya. 

“Selanjutnya saya ada cita-cita melanjutkan studi, tapi setelah ada kejelasan mengenai pembiayaan. Rencananya, harus bisa pakai biayai sendiri, enggak tergantung ke orang tua lagi seperti waktu S1,” pungkasnya.

Semoga menginspirasi…

Reporter: M. Miftahul kamal A
Editor: Muh. Khabib Zamzami

baca juga

2 Comments

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini