Buy now

28 C
Semarang
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Rumi, Penyair Ulung Bernuansa Tasawuf

Judul        : Dari Allah Menuju Allah
Penulis      : Dr. Haidar Bagir
Penerbit    : Noura Books
Tahun        : 2019
Tebal          : 246 halaman
Resentator : Mafriha Azida
Editor         : Moh. Hafidz

Buku berjudul “Dari Allah Menuju Allah” merupakan salah satu buku non-fiksi karya Haidar Bagir. Ia telah menulis berbagai buku bergenre agama/spiritual, tasawuf dan sebagainya. Haidar adalah putra bangsa yang lahir di Solo, ia pernah menerima tiga beasiswa selama sembilan tahun berturut-turut. Ia juga pernah menjadi mahasiwa di ITB, Harvard University, dan juga UI. Karya lain dari Haidar yakni Risalah Cinta dan Kebahagiaan, Mereguk Cinta Rumi, Belajar Hidup dari Rumi. 

Selain menekuni bidang kepenulisan, ia juga menjadi pendiri Gerakan Islam Cinta, Anggota Dewan Internasional Compassionate Action International, dan Ketua Dewan Yayasan Amal Khair Yasmin serta menjadi pengasuh sebuah acara radio mingguan bertajuk Lite is Beautiful di Lite FM.

Haidar menulis buku ini dilatarbelakangi dengan adanya beberapa keluhan dari pembaca karena kesulitan memahami cuplikan-cuplikan puisi Rumi dalam dua bukunya, Belajar Hidup dari Rumi dan Mereguk Cinta Rumi. Pembaca mengeluhkan hal itu dikomentar akun twitternya. Tanpa berpikir panjang, ia menjanjikan kepada pembacanya dengan penjelasan versi lain, yakni seri video yang akan diupload di Channel Youtubenya untuk mensyarah puisi-puisi Rumi tersebut. 

Sebagian besar karya Haidar Bagir berkaitan erat dengan tasawuf, yakni Tokoh Sufi, Jalaludin Rumi. Ia mengungkapkan bahwa Rumi merupakan penyair ulung yang karyanya seperti penyair lainnya. Hanya saja Rumi sering menggunakan metafora ataupun majas dalam kepenulisannya. Karya utama Rumi adalah Matsnawi, kumpulan puisi. Matsnawi adalah sebuah buku syair biasa yang didalamnya “tak ada diskusi-diskusi metafisis dan misteri misteri tingkat tinggi”. Maksud kutipan tersebut bahwa kitab Rumi memiliki kemungkinan untuk dipelajari setiap orang.

Seperti kutipan puisi Rumi yang berbunyi :
“Dulu Aku perbendaharaan-rahasia kebaikan dan kedermawanan, Kurindu perbendaharaan ini dikenali, maka Kucipta cermin.” Kalimat ini adalah pengungkapan dari sebuah Hadis Qudsi. Cermin dalam kalimat tersebut mengandung banyak makna. Seperti alam semesta ini dianggap sebagai tajalli /pengungkapan diri Allah. Sesungguhnya alam semesta ciptaan Allah ini adalah cermin Allah.

“Man ‘arafa nafsah faqad ‘arafa rabbah,” “Siapa yang mengenali dirinya, niscaya dia mengenali Tuhan-nya”. Dalam sebuah hadits di atas sangat berkaitan dengan pemahaman terhadap dirinya. Kalian bisa memahami diri dalam situasi sunyi atau sepi. Diam tanpa bahasa/suara. Karena diam adalah medium Allah berkomunikasi dengan kita. Sungguh kebenaran datang lewat perenungan, bukan lewat pembahasan rasional. Seperti dalam kutipan Puisi Rumi :

Malam hari kuminta
Rembulan datang
Kutututp pintu bahasa
Dan kubuka jendela cinta
Rembulan tak masuk lewat pintu, hanya jendela.

Dalam kutipan puisi di atas, Rumi menggunakan metafor atau tamsil malam. Sudah dijelaskan bahwa malam digambarkan dengan keindahan bintang-bintang, rembulan, dan sering kali siluet-siluet. Ia juga dicirikan oleh ketenangan dan keheningan yang memungkinkan orang bisa lebih khusyuk dalam beribadah kepada Allah, bertafakur, dan bertawajjuh kepada-Nya. 

Selain itu, pada sub bab yang lain dijelaskan tentang riyadhah yang mana berarti upaya meningkatkan ibadah-ibadah: merapikan dan meningkatkan kualitas ibadah wajib, lalu menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah dan berdoa, melazimkan wirid-wirid, hizib-hizib, dsb. Adapun esesnsi dari mujahadah dibagi menjadi 4 unsur, diantaranya : 
1) Qillah Al-tha’am (makan seperlunya)
2) Qillah Al-kalam (sedikit bicara)
3) Qillah Al-manam (tidur seperlunya)
4) I’tizal Al-anam (‘uzlah)

Setiap karya yang telah ditulis oleh sebagian orang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Buku berjudul Dari Allah Menuju Allah menjelaskan secara ringkas tentang kutipan-kutipan puisi dari Rumi, disampaikan secara sistematis, buku ini tidak terlalu tebal dan ukurannya sedang sehingga mudah memudahkan untuk membawanya. Kelebihan buku ini menyajikan penjelasan terhadap puisi-puisi Rumi yang berfilosofi tinggi, sampul buku menarik dan juga kualitas kertasnya bagus.

Namun tidak ada sebuah karya tanpa kekurangan seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Buku ini menggunakan bahasa yang agak sulit dipahami karena mungkin berbicara tentang tasawuf dan asing bagi pembaca. Sehingga pesan yang disampaikan tidak langsung bisa diterima.

Haidar Bagir telah menulis buku Dari Allah Menuju Allah tentu sudah merancang dari awal. Tidak sembarang dalam menuliskan sebuah karya. Dari sisi bahasanya ada beberapa yang menggunakan kata-kata asing/jarang didengar, sehingga buku tersebut lebih cocok dibaca untuk kalangan akademik, karena isi dan bahasa yang digunakan cenderung bahasa tasawuf atau asing bagi anak-anak SMP dan SMA. Mereka pasti susah untuk memahaminya, kalaupun bisa memahami butuh waktu yang lama.

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini