Buy now

30 C
Semarang
Selasa, April 16, 2024
spot_img

Olah Sampah Jadi Berkah

SEMARANG, LPMMISSI.COM – Setiap hari, truk bermuatan sampah lalu lalang di Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Semarang. Aktivitas memulung menjadi rutinitas warga setempat. Bau kurang sedap, kondisi kumuh dan sampah bertumpuk, menjadi pemandangan yang melekat di kawasan ini.

Namun siapa sangka, di tengah beragamnya aktivitas di Kawasan TPA, terdapat satu bangunan yang menarik perhatian mata. “Kantin Sampah Gas Methan”, begitu yang tertulis di spanduk berwarna merah yang terpampang di bangunan tersebut.

Kantin milik pasangan suami istri Suramin (58) dan Suyatmi (47) ini digagas pada Januari 2016 silam. Keunikan dari kantin ini adalah setiap pembeli yang ingin makan, bisa membayarnya dengan sampah. 

“Awalnya, saya jualan di sini khusus untuk teman-teman pemulung dan pekerja di Kawasan TPA Semarang. Namun, sekarang siapapun boleh datang kesini,” ujar Suyatmi, Selasa (22/1).

Suyatmi mengatakan, semua jenis sampah bisa ditukarkan di kantin miliknya ini. Tetapi ada perbedaan harga timbang bergantung jenis sampah yang dibawa. Sampah plastik perkilonya dihargai Rp 400, kertas Rp 1.200, dan alumunium Rp 11.000 rupiah.

Baca juga: Masyarakat Resah, Banyak Berita Hoaks Di Medsos

Perempuan asal rembang itu memberi perumpamaan, apabila pembeli ingin menimbang sampah plastik, sekiranya 20 kilogram sampah plastik yang harus mereka bawa. Karena sekali makan menghabiskan uang antara Rp 6000 sampai Rp 8000 rupiah.

“Jika ada selisih antara hasil timbangan dengan harga makanan, maka sisa itu otomatis jadi tabungan mereka,” kata ibu dari dua anak tersebut.

Kantin seluas 3×7 meter tersebut, terbuat dari dinding triplek, atapnya terbuat dari asbes, dan lantainya tanpa plester. Di sekelilingnya banyak gundukan sampah berbagai wujud, dari mulai kaca, botol, plastik dll. Dengan kesederhanaan yang dimiliki, pasangan suami istri itu melayani pembeli dengan senang hati dan senyuman.

Setiap hari, pembeli bisa menikmati hidangan di kantin ini mulai pukul 04:30 WIB-22:00 WIB. Suyatmi bercerita, awalnya masyarakat bingung karena merasa susah harus membawa sampah ketika makan.

“Mau makan saja harus bawa sampah, makan saja repot. Tapi sekarang mereka sudah terbiasa,” ucapnya sembari menirukan celutakan pembeli.

Baca juga: Jadikan Nh Dini Sebagai Ikon Sastrawan Semarang

Sempat Memulung 

Suramin dan Suyatmi keduanya berasal dari Rembang, Jawa Tengah. Saat datang ke Semarang pada 2014, mulanya pasangan suami istri ini bekerja sebagai pemulung sampah di Kawasan TPA. Selain itu, Suyatmi mengaku dirinya dan sekeluarga menumpang di rumah tetangganya, sekaligus menjadi pembantu warung milik tetangganya itu. 

“Biasanya kalau kerja itu jam tiga mulai masak, terus bantuin berjualan. Sekitar jam sembilan baru mencari sampah sampai sore, setelah itu balik lagi ke rumah yang saya tumpangi,” kata Suyatmi.

Pada 2016, nasib baik mendatang pasangan ini. Seorang Kepala TPA Jatibarang saat itu, yang bernama Agus Junaidi menjadi pahlawan bagi mereka. Pasalnya, ide membangun Kantin Gas Methan berawal dari Agus. 

Suratmi menjelaskan, alasan Agus mendirikan kantin itu untuk mengurangi jumlah sampah plastik di TPA Jatibarang. Kemudian, dia menghubungi saya dan suami agar membuat kantin.

Baca juga: Dialog Sastra, Arahkan Bahasa Masa Kini

“Ada satu syarat yang diberikan Agus waktu itu, yaitu bayarnya harus menggunakan sampah,” jelas Suratmi.

Modal mendirikan kantin itu mencapai Rp 2 Juta rupiah. Uang tersebut diberi oleh Agus kepada Suratmi dan Sarimin. Keduanya merasa senang dan bersyukur, karena berkat kantin ini, penghasilan yang didapat mampu mencukupi kebutuhannya.

Saat ini, mereka bisa meraup Rp 2 sampai Rp 3 jutaan rupiah setiap bulannya. Penghasilan tersebut didapat dari hasil penjualan makanan dan hasil timbangan sampah yang mereka yang dapatkan dari pembeli.

Sarimin mengatakan, sampah yang sudah terkumpul akan dijual ke luar kota. Biasanya diambil oleh bos dari Kudus, Rembang, Pati, Demak untuk didaur ulang kembali. 

“Sandal itu yang ngambil dari Demak, plastik dan botol itu yang ngambil beda lagi orangnya,” ujar suami dari Suratmi itu.

Sarimin melanjutkan, dirinya tidak pernah menyangka bisa masuk Television (Tv) berkat kantin yang dikelola bersama istrinya tersebut. Selain itu, dia juga bercerita, sangat senang bisa naik pesawat dan menginap di hotel yang berbintang di Jakarta.

Baca juga: Prie GS Singgung Kamar Mandi Audit I

“2016 saya dan istri diundang ke acara Hitam Putih. Pada 2017, diundang lagi ke Jakarta di Tv-nya orang Singapura (Channel Asianews),” terangnya di tengah kesibukannya mengangkat galon berisi air.

Pasangan ini menjadi satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh, yang diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia’s Game Changers dari CNA. Program ini bercerita tentang latar belakang ke-8 tokoh itu, yang dinilai dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras dan kreativitas.

“Bagi saya, yang terpenting itu tidak mencuri, kalau disuruh kerja saya selalu siap,” imbuhnya. 

Penulis: Aditia Ardian
Editor: Isbalna

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini